prolog

2.3K 159 9
                                    

Selamat membaca

 





Seorang gadis berkaca mata dengan seragam yang masih terbalut rapi di tubuhnya berjalan menyusuri koridor sekolahnya yang sudah terlihat tidak ada kehidupan sama sekali.

Sudah lewat dari jam enam sore, namun gadis itu masih saja betah di sekolah. Kebiasaannya yang suka belajar sendiri di kelas membuat dirinya sering pulang selarut ini.

Gadis itu melangkah dengan santai sambil menatap langit yang sudah mulai semakin gelap. Sudah hampir setahun dirinya selalu diijinkan oleh satpam sekolah untuk belajar sampai selarut ini, mengingat anggota OSIS sepertinya memang memiliki banyak tugas. Entah tugas organisasi, atau tugas sekolah.

“Masih ada orang?” sebuah suara dari seorang pria terdengar begitu jelas di telinga gadis itu. Gadis berambut sebahu itu akhirnya menghentikan langkahnya.

“Enggak kayanya. Kalau bapak mau duluan ya silakan. Sayang nunggu giliran aja. Biar enaknya dibapak dulu,” suara laki-laki lain pun terdengar.

Gadis itu langsung menempelkan tubuhnya pada dinding kelas yang ada di sekitar koridor itu sambil melangkah sangat pelan mendekati sebuah pintu yang ia rasa suaranya berasal dari sana.

“Dia benar sudah dibius kan?”

“Yailah pak. Saya mah gak pernah teledor,” jawab laki-laki itu. Gadis berpipi tembam itu semakin menajamkan pendengarannya. Keningnya berkerut-kerut menanti ucapan selanjutnya.

“Yasudah, sekarang kamu tunggu di luar saja. Saya mau main dulu sama perempuan ini,” ucap salah satu pria itu. Bisa gadis itu dengar, sebuah langkah seperti sedang mendekat ke arahnya.

Gadis itu langsung bergerak gelisah. Bingung harus bersembunyi dimana saat salah satu laki-laki itu terdengar sepert akan keluar dari kelas.

Dengan gelisah. Gadis itu langsung berjalan cepat menjauhi kelas itu. Namun belum sempat ia berlari, sebuah suara laki-laki kembali terdengar olehnya.

Gadis itu mendongak. Menatap seseorang yang berada dihadapannya. Laki-laki bertopeng yang sedang berdiri sekitar tiga meter dari tempatnya berdiri itu menatapnya dengan tajam.

“Ada yang belum pulang ternyata...”

Tak lama kemudian, laki-laki dari dalam kelas pun keluar. Laki-laki itu juga memakai topeng yang sama persis dengan topeng laki-laki yang berada dihadapannya.

Tubuh gadis itu langsung bergetar hebat. Kini dirinya berada ditengah-tengah dua laki-laki yang tidak ia kenal sama sekali. Nafasnya tidak teratur ketika melihat dua laki-laki itu semakin menatapnya dengan tajam.

Gadis itu hendak berlari menerobos lapangan. Namun tubuhnya sudah lebih dulu dibekap oleh kedua laki-laki itu. Perlahan pandangannya kabur. Dalam hitungan beberapa detik, bekapan itu mampu membuat tubuhnya melemah dan langsung pingsan seketika.

Kedua laki-laki bertopeng itu langsung menggotong si gadis culun itu ke kelas sebelah. Membaringkan tubuh mungil gadis itu diatas meja dengan perlahan.

Laki-laki pertama yang melihat gadis itu kemudian berucap, “Dia punya gue. Keluar lo.”

Laki-laki bertopeng yang tadi keluar dari kelas sebelah pun mengangguk patuh. Ia keluar dari kelas itu dengan santai sambil menatap seisi kelas itu. Kelas yang akan menjadi saksi bisu kebejatan mereka.




°°°°°°




“Dari data yang saya terima, ada sekitar dua puluh keluhan dari orang tua siswa, satu gugatan pengadilan dan tiga surat permintaan pindah sekolah dari para orang tua siswa,” pria berbalut jas hitam itu terus membaca isi dari map yang berada ditangannya.

She is HandsomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang