"Belum tentu salah, tapi bukan berarti bener kan? Stop ngerasa kalo apa yang ada dipikiran lo itu bener."
--Alin--
.
.
.
.
.
."Papa?!"
Sepasang suami dan pelakor itu tersentak, begitu pula dengan Alvian. Mereka langsung menoleh ke arah gadis yang baru saja berjalan melewati Alvian barusan.
"Calon anak Mama.." ucap Angel dengan penuh percaya diri.
Dalam hati Alin bergidik ngeri. Gila setengah mati sepertinya si Angel itu. Ia langsung memberikan tatapan jijik pada angel sebelum beralih menatap Papanya dengan tatapan datar.
Alin terkekeh sinis. "Ternyata belum insyaf? Bapak-bapak bejat! Tukang ingkar janji!"
"Alin.. Papa bisa jelasin kok. Papa enggak ada apa-apa lagi sama Angel." Fandy langsung gelagapan karena terpergok lagi oleh anaknya.
"Sial, benci banget gue denger nama pelakor," sarkas Alin sambil melirik Angel dengan sinis. Alin kembali menatap Fandy "Ngapain jelasin sama Alin? Emang penting?"
"Penting..." Fandy berjalan menghampiri Alin. Melepas tangan Angel dari tangannya kemudian beralih memegang tangan anak pertamanya itu. "Percaya sama Papa kali ini. Pap--,"
"Masih bisa di percaya?" potong Alin dengan nada datar. Angel yang berada didekatnya memberikan tatapan takut pada Alin.
"Masih. Sumpah Alin.. percaya sama Papa.. tolong.." pria itu mulai menjatuhkan tubuhnya kebawah sambil terus memegang tangan Alin. "Papa enggak ada apa-apa lagi sama dia. Percaya--,"
"Enggak ada apa-apa, tapi mau di cium?" potong Alin lagi.
"Papa khilaf. Papa nyesel gak langsung pergi tadi. Maafin Papa ya sayang.."
Alin menyentak tangan Papanya dengan kasar. Apa-apa pria tua itu? Kenapa dia jadi terlihat antagonis sekarang?
"Udah Alin duga sih. Papa pasti gak tegas. Tapi yang jadi pertanyaannya, kenapa kejadian begini selalu terjadi di depan semua temen-temen Alin sih? Mau bikin Alin malu?!"
Fandy menggeleng lirih sambil menggunakan kata maaf. Takut kalau Alin akan semakin membencinya. Takut kalau dia akan kembali diusir dari keluarganya.
Dia sudah tua. Tidak akan ada lagi yang bisa mengurusnya selain keluarganya sendiri. Angel juga menyukainya karena harta dan perkejaannya.
Fandi takut. Takut kalau dia harus hidup sendiri.
"Maafin Papa.. tolong Lin.."
Sementara beberapa langkah dihadapan Alin, Angel mulai terisak. Entah karena apa dia menangis, Alin sama sekali tidak peduli.
Alin justru menatap sekitarnya yang terlihat mulai ramai menonton drama Papanya dan dirinya itu.
"Maaf.."
Melihat situasinya yang seperti seorang penjahat, bolehkan Alin jadi penjahat sekalian hari ini?
"Emang kata maaf bisa merubah apaan? Bisa balikin kepercayaan siapa?" Alin masih berbicara tenang. "Alin? Darren?"
Fandy tidak menjawab. Pria itu sibuk meminta maaf sambil berlutut di depan anak perempuannya itu. Tidak peduli dengan kerumunan yang ada ataupun Alin yang berbicara menyebalkan.
Alin memutar bola matanya malas. Dia menghampiri Papanya tadi bukan untuk melakukan drama aneh begini. Apalagi melihat Angel menangis tanpa sebab. Ck, Alin benci ada di situasi aneh begini.
Disebelah sana, Alvian beserta kawanannya yang lain masih menonton dari jarak cukup dekat. Tidak ada yang berani ikut campur sedikitpun.
"Tolong dengerin Papa dulu.. Papa gak seperti yang kami kira..."
KAMU SEDANG MEMBACA
She is Handsome
Teen Fiction16+ Demi membatalkan pertunangannya dengan gadis yang tidak disukai, Alvian Zayn Anvarezi rela berpura-pura menjadi seorang gadis dan kembali bersekolah di sekolah milik papanya hanya untuk menyelesaikan misi yang di titah kan oleh papanya. Apapun A...