8. obsesi

526 49 3
                                    

“Cowok mah wajar jadi player.”
-Alvian-


 .
.
.
.
.
.
.
.

“Lo bawa daleman nya?” tanya Yoina yang baru saja duduk di kursinya. Alin mengangguk malas. Kemudian merogoh tasnya dengan sebelah tangan untuk mencari plastik berisi dalaman bermotif Minion itu.

“Bilangin sama Abang lo Yoi, yang bener kalau pakai cangcut. Masa bisa ketinggalan di rumah orang. Emang abis ngapain anjir?!” ucap Alin sambil menyodorkan sebuah plastik hitam pada Yoina.

Yoina mengedikkan bahunya. Entah. Yoina sendiri pun juga tidak tahu menahu tentang kegiatan abangnya.

“Untung aja gue belum eksekusi si Julian. Duhh, malu banget pasti kalau nuduh tapi ternyata salah orang,” lanjut Alin lagi.

“Sorry.” Alin mengangguk santai. Gadis itu kemudian menyender pada tembok dan membiarkan Yoina berlalu dari hadapannya begitu saja. Kepalanya sedikit pening karena tidur terlalu malam.

Dan alasan dari telatnya ia tidur semalam karena bokser dan Julian. Entah mengapa Alin malah terfokus pada keduanya. Takut kalau Julian di apa-apakan oleh Lio sampai-sampai bokser mantannya itu bisa ada di laki-laki jahil si pengirim boneka kemarin.

Alin mulai memejamkan kedua matanya sambil memilin gantungan kunci yang tergantung di ranselnya. Perlahan nafasnya mulai tenang. Pikirannya mulai berjalan memasuki alam mimpi.

Brak!

Kedua mata gadis berambut panjang itu langsung terbuka lebar. Wajahnya cengo sambil menatap gadis berambut sebahu yang kini sudah ada di sebelahnya.

“Gaiss..” panggil Fanny sambil menatap Alin dan Yoina. “Gue punya gosip baru!”

Alin berdecak. Bukan, bukan karena merasa terganggu. Tapi karena Fanny kembali bertele-tele saat hendak membuka sebuah gosip baru. “Cepet anjir, jangan kebanyakan basa-basi.”

“Ehh, santai Al, santai. Soalnya gosip baru ini tuh lagi hangattt banget di JUPITER. Bahkan kabarnya baru nyebar sekitar lima menit yang lalu. Hangat banget kan?” ucap Fanny.

Alin mendengkus. Kalau saja yang Fanny bicarakan sekarang tidak ada hubungannya dengan gosip, sudah Alin pastikan kalau ia akan lebih memilih melanjutkan acara tidurnya tadi.

“Emang siapa yang masuk gosip hari ini?” tanya Yoina malas. Sama seperti Alin, Yoina juga hampir tertidur tadi. Andai Fanny tidak datang dan memulai percakapan untuk menggosip.

“Sabar, Yoi. Ini berita up to date banget. Jadi harus kita omongin secara serius supaya gak ada salah kata dan kalimat dari gue. Jadi kita mulai sekarang aja gimana?”

Alin dan Yoina menatap Fanny dengan kesal. Kedua tangan mereka bahkan sudah gatal ingin menggaruk wajah Fanny yang terlihat menyebalkan sekarang.

“Ciee.. pada kepo ya?” tanya Fanny sambil tersenyum meledek.

“SUMPAH FAN! NGOMONG YANG BENER ANJIR! GUE TENDANG JUGA LO DARI MEJA GUE!” ucap Alin kesal. Suaranya sukses membuat Alvian dan Nila yang baru saja selesai menyalin tugas Daffa mendongak.

Mereka menatap Alin, Fanny dan Yoina dengan keheranan. Tumben sekali pagi-pagi Alin sudah berteriak di dalam kelas.

“Sabar dulu hehe..” Fanny menggaruk tengkuknya sambil meringis melihat wajah Alin dan Yoina yang sepertinya sangat jengah padanya. “Kan ini berita ha-,”

“YAUDAH GAK USAH DIULANG LAGI GUSTIIIIIIIII! ASTAGAAA CAPEK GUE FANNNN..” teriak Alin tanpa rem. “LO KIRA DARAH MERAH GUE KURANG BANYAK, HAH?! SAMPE-SAMPE LO HOBI BIKIN GUE DARAH TINGGI?!”

She is HandsomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang