"Cowok gampang tergoda kalo ngeliat leher cewek yang lagi keringetan,"
--Alvian--
.
.
.
.
.
.
.
."AYO YANG MERASA LAKIK JALANNYA CEPETIN!" teriak Fanny yang seperti sedang berubah menjadi Alin. Suaranya sangat cempreng dan keras, menandakan dirinya sedang muak dengan kelakuan laki-laki di kelasnya.
Setelah selesai dengan pelajaran bahasa Inggris, kini mereka akan memasuki pelajaran olahraga.
"AYO CEPET DONG! MAU GANTI BAJU NIH YANG CEWEK!" Teriakan Fanny kali ini langsung membuat gerombolan para laki-laki di kelas itu bergidik ngeri. Takut melihat Fanny yang mulai menghampiri mereka satu-persatu sambil membawa toa di tangannya. "AYO KELUAR!" ucapnya menggunakan toa.
"Shhhh.. telinga gue pengang nih Fan," ketus laki-laki berambut keriting yang berdiri tidak jauh dari Fanny.
"MAKANYA CEPET KELUAR YA SETAN! PUNYA KAKI KOK MALES BANGET DIGERAKIN."
"Namanya juga mager kakinya," ucap laki-laki bertubuh gempal dari dekat meja guru.
"LO PADA NGAKU PUNYA BURUNG KAN? YA UDAH SURUH TUH BURUNG TERBANG. GAMPANG." Suara Fanny benar-benar menggema di kelas itu. Membuat banyak kaum hawa disana meringis sambil menutup kedua telinga.
Namun tetap tidak ada yang berani melawan Fanny. Apalagi kalau bukan karena Alin? Si pemilik suara paling cempreng sekelas IPS 4.
Gadis itu juga sudah berdiri dengan gagah berani dibelakang Fanny sambil memegang toa berwarna pink kesayangannya.
"Duh Fan, gak usah ngaco deh. Nih burung gak punya sayap! Mana bisa terbang?" ucap laki-laki berambut keriting itu lagi.
"Lagian pembalut lo yang ada sayapnya aja gak bisa terbang. Gimana punya gue yang gak punya sayap?" sambung laki-laki bertubuh gempal yang langsung diangguki oleh laki-laki lainnya.
"Kasian banget burungnya lumpuh," gumam Alin yang langsung dihadiahi lirikan horor dari kaum jantan.
"Gak usah aneh-aneh, Lin. Gak bagus cewek ngomong jorok," tegur Julian sambil menenteng baju olah raganya bersama Daffa. Laki-laki itu lalu melirik kawanan laki-laki nya. "Cepet keluar, Alin mau ganti baju."
Mereka meringis tidak enak, kemudian mengangguk pelan. "Bentar lagi Jul. Nanggung. Roti gue belum abis."
"CEPET ISH! MAKAN ROTINYA BISA SAMBIL GANTI BAJU KAN?! JANGAN BIKIN GUE EMOSI DEH!" ucap Alin dengan toa pink nya. "KITA JUGA MAU GANTI BAJU ANJIR! JANGAN EGOIS LAH!"
"Gila si Alin. Ngomel sambil bawa kembarannya," ucap laki-laki bertubuh cungkring yang sedang mengambil baju olah raga dari dalam laci.
"Kembar? Maksud lo gue sama Alin sama? Sama-sama beris--,"
"Maksud gue bukan elo Fan. Tapi yang dipegang sana Alin."
Mata Alin langsung membulat dengan lucunya. Ia menatap laki-laki yang berani mengatainya itu dengan horor. "Sialan lo. Gue tebas tuh burung tau rasa!" ucapnya sambil menunjuk ke arah bawah laki-laki itu.
"Lin.." tegur Julian lagi.
"Iya, iya. Lagian mereka duluan, Jul. Lemot kayak kakek-kakek."
Julian melirik kawanannya kembali. Mereka sudah selesai dengan kegiatan malas-malasan. "Keluar," ajak Julian. Mereka meringis seperti biasa, lalu mulai berhamburan keluar kelas. "Ganti baju sana."
Alin mengangguk, membiarkan julain dan Daffa keluar dari kelas meninggalkan rombongan perempuan di dalam sana.
Eh bukan hanya perempuan di dalam. Ada laki-laki juga. Alin mengernyit begitu mengingat sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
She is Handsome
Teen Fiction16+ Demi membatalkan pertunangannya dengan gadis yang tidak disukai, Alvian Zayn Anvarezi rela berpura-pura menjadi seorang gadis dan kembali bersekolah di sekolah milik papanya hanya untuk menyelesaikan misi yang di titah kan oleh papanya. Apapun A...