33. bohong

132 30 5
                                    

"Karna kesalahpahaman biasanya muncul dari orang yang selalu merasa bener, tanpa mau tau alasan orang itu apa."
--Alvian--
.
.
.
.
.
.





Laki-laki dengan kaos putih polos itu merenggangkan tubuhnya sambil berjalan masuk ke dalam kamar. Ia mendudukkan bokongnya di atas kasur sambil membunyikan lehernya yang terasa sedikit pegal.

Rayn yang tengah tiduran di atas kasur langsung terbangun. Ia duduk di belakang adiknya itu dengan kedua tangan yang menumpu tubuhnya. "Baru pulang?"

"Iya.." jawab Alvian malas.

"Malem banget? Dua jam yang lalu lo dicariin sama Nila tuh." Rayn menginfokan. "Gak tau sih mau ngapain."

"Terus lo jawab apa?"

"Lagi ke rumah gebetan." Rayn tersenyum dengan wajah polosnya ketika mendapatkan sebuah lirikan menyeramkan dari Alvian. "Bener kan? Lo suka?"

"Sok tau banget, Pak tua."

"Lah? Gue kan emang tau segalanya. Kalo lo gak suka sama Alin, gak mungkin lah dia tau tentang lo."

Alvian mengernyit. "Maksudnya?"

"Halah pura-pura gak tau segala," ucap Rayn kesal. "Keliatan banget, kali. Lagian.. setelah gue pikir-pikir, Alin nyebut nama lo itu bukan secara kebetulan. Namanya juga sama gebetan, gak mungkin gak cerita apapun kan? Tapi karena gue Abang yang baik hati dan tidak sombong, jadi gue ijinin Alin tau ten--,"

"Ngomong apaan sih lo? Gue gak ngerti!" potong Alvian sedikit menaikkan suaranya. "Ngomong yang jelas, to the point. Gak usah diputer-puter."

"Apanya yang diputer-puter sih? Gue ngomong ini langsung to the point' loh. Apa lo nya aja yang mendadak bego gara-gara cinta?"

"Cinta apaan?! Mana mungkin gue bego cuma gara-gara hal sepele?! Lagian omongan lo juga gak jelas. Gue cerita apaan sama Alin? Yang ada dia yang kebanyakan cerita sama gue." Ucapan Alvian mulai terdengar sewot. Dia masih kurang paham dengan cerocosan Rayn barusan.

"Terus dia tau nama lo darimana kalo bukan dari lo sendiri?"

"Kan gue sama dia pernah kenalan. Wajar dong kalo dia tau nam-- ehh? Nama? Maksud lo dia tau nama gue yang mana?" Dia baru ingat, sekarang kan ada dua nama di dirinya sendiri.

"Alvian."

Alvian mengerutkan keningnya. Beberapa saat kemudian terdengar suara tawa pelan dari laki-laki itu. "Ngaco! Mana mungkin dia tau nama gue yang itu? Pernah jujur aja enggak."

"Tapi dia emang nyebut nama lo tadi. Jelas banget lagi." Alvian menghentikan tawanya. Kini ia mulai menatap Rayn serius. "Tadi gue ke UKS waktu lo lagi makan sama Nila. Kebetulan gue ngomongnya berdua aja sama Alin. Jadi telinga gue harusnya gak sebudek itu buat denger kesalahan kata."

"Dia nyebut nama Alvian? Seberapa jelas dia ngomongnya?Siapa tau kan dia cuma salah nyebut? Siapa tau dia cuma typo. Chattan sama gue aja sering typo kalo lagi gak mood," cerocos Alvian tanpa jeda sedikit pun. "Lo salah denger kali."

"Enggak. Gue yakin banget dia nyebut nama lo dengan jelas." Rayn membalas dengan wajah yang ikut serius. "Awalnya gue juga ngira kalo dia itu cuma salah nyebut nama. Tapi gak mungkin kan, orang salah nyebut nama tapi dia gak sadar sama sekali?"

"Dia gak sadar sama sekali kalo dia nyebut lo itu Alvian. Padahal dari awal gue nanyain lo, gue nanya lo sebagai Alvina," jelas Rayn sambil mengingat kejadian tadi pagi. "Gue tau nama Alvian dan Alvina itu mirip, tapi jarang ada orang yang kepleset sama nama itu."

"Tapi gue gak cerita apa-apa sama Alin. Dari awal ketemu sampe sekarang, gue gak pernah nyebut tentang diri gue ke dia. Terus dia tau nama gue dari mana?" Setelah Alvian ingat-ingat, dia memang belum pernah jujur tentang jati dirinya sama sekali kepada Alin atau yang lain. Satu pun, tidak ada yang tahu tentang dirinya dan Nila di kelas itu.

She is HandsomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang