"Tau segalanya sebelum bertindak itu penting. Bukan buat menjauhi kata salah paham, tapi biar kita tau. Kita harus ngapain ke dia."
--Alvian--
.
.
.
.
.Kedua sejoli berbeda jenis kelamin itu menghabiskan waktu dengan sangat santai. Memakan banyak makanan khas Jepang, mencoba berbagai jenis bentuk permen kapas, membeli beberapa cup es krim berbeda rasa, sampai berfoto-foto di area roftoop sambil menunggu malam.
17.30
"Al, fotoin gue dongg.. disana!" pinta Alin sambil menunjuk ke arah salah satu spot foto. "Di tengah-tengah love itu!"
"Ya udah.." Alin langsung menarik Alvian menghampiri spot foto yang sudah mulai sepi itu. Beberapa ibu-ibu yang sudah berfoto ria disana kembali berjalan-jalan entah kemana.
Alin membuka tas selempang nya kemudian mengambil ponsel Alvian lalu menyodorkan benda itu pada Alvian. "Hehe.. pake hape lo ya! Kameranya lebih bagus."
Alvian hanya berdeham. Kemudian mengambil ponselnya dan membuka aplikasi kamera. Sedangkan Alin sudah berlarian ke tengah-tengah rangkaian berbentuk love itu kemudian berusaha memegang tengah lonceng yang ada diatas kepalanya.
"Kata Google, kalo dibunyiin dua kali, kita bisa menyampaikan rasa cinta ke pasangan." Alin berjinjit sedikit agar tangannya menyentuh bagian paling bawah lonceng.
"Tapi lo jomblo!"
Alin mendengkus kesal. Ternyata di hina jomblo itu memang sedikit menyebalkan.
Senyum Alin terbit saat ujung jarinya mulai menyentuh bagian bawah lonceng. "Katanya, kalo dibunyiin satu kali akan terwujud kebahagiaan."
"Bahagian itu diciptain dari diri kita sendiri. Bukan dari lonceng, atau ramalan. Jadi gak usah percaya sama katanya, katanya terus."
"Kan iseng doang Al. Siapa tau kan jadi kenyataan." Alvian tersenyum tipis saat kamera ponselnya mendapatkan banyak foto Alin dengan wajah aneh. "Udahh.. sana gaya. Biar cepet gue fotonya."
Alin menghentakkan kedua kakinya dengan kesal. Namun tetap berusaha berekspresi cantik saat Alvian tiba-tiba menghitung mundur dari tiga ke satu.
Cekrek, cekrek, cekrek, cekrek, cekrek, cekrek, cekrek, cekrek.
Alvian berjalan menghampiri Alin dan langsung membalikkan kamera ponselnya dengan cepat. "Selfie!" ucap Alin sambil tersenyum lebar memperlihatkan deretan gigi putihnya. Sementara Alvian hanya tersenyum tipis kemudian menekan tombol yang ada ditengah layar.
Cekrek!
•••
"Mau naik sekarang?"
Alin mengangguk semangat. Matanya berbinar menatap biang Lala raksasa dihadapannya yang sangat terlihat menawan saat malam hari begini.
Alvian kembali bergandengan tangan sampai ke depan petugas bianglala. Tak jarang pengunjung disana ikut tersenyum melihat Alvian dan Alin yang terlihat serasi.
Padahal keduanya tidak ada hubungan ataupun perasaan apapun satu sama lain. Tapi Alin yang memang suka bergandengan tangan. Tidak mau melepas tangannya dari tangan Alvian.
Untuk pertama kalinya, Alvian terlihat sebagai seorang laki-laki. Walaupun Alin tidak sadar.
Alvian menyerahkan dua lembar uang berwarna merah pada petugas. Lalu menyuruh Alin untuk masuk ke gondola yang sudah disiapkan untuk mereka.
Keduanya duduk berhadapan. Bedanya, Alvian duduk tanpa memegang apapun, sedangkan Alin duduk sambil memegang ponsel Alvian.
Bukan untuk membuat snap. Tapi untuk selfie atau berfoto saja. Alin takut kalau dia membuat snap terus dilihat oleh Julian, laki-laki itu pasti langsung menghampirinya kesini dan mengomel padanya karena pergi sejauh ini tanpa laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
She is Handsome
Teen Fiction16+ Demi membatalkan pertunangannya dengan gadis yang tidak disukai, Alvian Zayn Anvarezi rela berpura-pura menjadi seorang gadis dan kembali bersekolah di sekolah milik papanya hanya untuk menyelesaikan misi yang di titah kan oleh papanya. Apapun A...