Selama tiga hari berikutnya, mereka melalui bulan madu di kamar hotel dengan Melva lebuh banyak berdiam diri dan tidur sementara Adrian bekerja tanpa henti. Sama sekali tidak ada kemesraan layaknya suami istri.
Kembali dari bulan madu, Adrian langsung membawa Melva ke rumah baru mereka. Wanita itu hanya ternganga saat melihat besarnya rumah yang akan mereka tempati. Terdiri dari tiga lantai dengan sepuluh kamar tidur, termasuk kolam renang yang membentang di bagian samping rumah, Melva merasa rumahnya terlalu besar untuk ditinggali berdua. Rupanya, rumah ini hadiah pernikahan dari orang tua laki-laki itu untuk mereka.
"MJ, kami sengaja memilih rumah besar dengan banyak kamar. Dengan harapan, akan mendapatkan banyak cucu dari kalian. Karena itu, kamu jangan KB dulu, ya? Buat anak-anak yang lucu dan banyak untuk kami."
Perkataan mertua perempuannya, membuat Melva menghela napas. Bagaimana ia bisa mengandung banyak anak kalau suaminya sama sekali tidak tertarik untuk menggaulinya. Namun, ia tidak mungkin mengatakan itu pada orang tua Adrian, Cukup, ia sendiri yang tahu. Laki-laki itu tadi malam bahkan tidur di kamar lain dengan alasan banyak pekerjaan. Jadi, tidak ada harapan untuk mereka bersama.
"Ciee, yang baru bulan madu? Bagaimana rasanya? Berapa ronde kalian?" Talia bertanya dengan maksud menggoda dan Melva hanya menjawab dengan gelengan kepala.
"Tolong rapikan barang-barangku di apartemen. Kamu tahu alamat rumahku bukan?"
Talia mengangguk. "Vector sudah memberiku alamat."
"Bagus, ada banyak kamar di rumah itu. Kalau kamu mau tinggal bersamaku."
"Nggak, terima kasih. Nggak mau ganggu pengantin baru."
Melva mengeluh dalam hati, seandainya Talia tahu yang sesungguhnya, pasti tidak akan biacra begitu.
"Kak, aku nggak tahu kamu syuting hari ini. Aku pikir besok." Neo datang menghampiri.
Melva tersenyum kecil. "Sisa beberapa adegan tambahan. Makin cepat selesai makin bagus."
"Kenapa?"
"Jadwal menunggu tentu saja." Talia yang menjawab. "Setelah syuting selesai, ada banyak tawaran pekerjaan yang menunggu."
Neo tersenyum canggung, mengamati Melva yang melangkah ke arah sutradara. Ia mengeluh dalam hati, saat menyadari kalau ternyata wanita justru terlihat sangat mempesona saat sudah menikah. Ia tahu kalau Melva memang cantik, tapi hari ini entah kenapa sangat menawan. Senyum wanita itu, mampu membuat jantungnya berdetak lebih kencang.
"Kenapa semau terlihat sempurna, justru saat sudah menjadi milik orang lain."
Syuting berjalan dengan lancar. Hari ini pengambilan adegan tidak banyak. Talia sibuk mengatur jadwalnya dari mulai menyanyi sampai fashion show. Melva banjir tawaran iklan saat sudah menikah.
"Kak Ratna memintamu melihat tawaran yang masuk dan diskusikan sendiri dengannya."
"Baiklah, letakkan di dalam tasku. Nanti aku lihat."
Ponselnya berdering, suaminya menelepon.
"Halo."
"Sudah selesai syuting?"
"Sudah, sedang ganti pakaian."
"Apakah kamu membawa gaun?"
"Kenapa?"
"Ada jamuan makan malam dengan klien. Mendadak, makanya tanya."
"Aku harus ikut?"
"Iya."
Menghela napas panjang, Melva memutar otak. "Jam berapa pertemuannya? Bagaimana situasinya? Formal atau informal?"
"Jam delapan malam, informal. Hanya minum minum di lounge."

KAMU SEDANG MEMBACA
How To Seduce My Husband
Любовные романыMelva Javiera atau akrab dipanggil MJ, adalah seorang model dan artis terkenal Dia menikah dengan seseorang yang dikenal dari masa kecil karena desakan keluarga. MJ sama sekali tidak menyangka, kalau laki-laki dalam bayangannya yang kaku kini berub...