Orang-orang berpindah dari ruang tamu menuju taman belakang yang sudah disulap menjadi ruang makan dengan meja kayu panjang. Beberapa chef pribadi didatangkan untuk melayani mereka. Malam ini menunya kambing guling, dan berbagai masakan khas lokal. Saat menatap menu di tangan, Melva berharap dirinya tidak kalap dan makan tanpa terkontrol.
Nadav bangkit dari kursi, mengangkat gelas berisi cairan merah dan berucap lantang. "Mari kita bersulang untuk kedua calon mempelai yang berbahagia."
"Cheers!"
Semua orang mengangkat gelas dan berteriak bersamaan. Begitu pula Melva dan Adrian.
"Keluarga besar Wangsa, sangat menantikan pernikahan ini," ucap Laily, menimpali suaminya.
"Pernikahan pertama dari generasi ketiga Wangsa."
"Diharapkan, pernikahan ini akan membuat Adrian kami menjadi lebih bahagia. Doa yang baik untuk kedua calon mempelai." Laily mengangkat gelasnya dan meneguk perlahan isi gelas.
Tepuk tangan sopan terdengar bergemuruh di sekitar meja panjang. Setelah sambutan tuan rumah selesai, mereka mulai memesan makanan. Para koki membuat langsung makanan yang hendak disantap.
Melva memilih daging panggang dan salad. Menikmati hidangan sambil mendengarkan obrolan orang-orang di sekitar meja. Saat Adrian bangkit untuk mengambil botol minuman, ia melihat Nikita mengikuti laki-laki itu. Keduanya berdiri bersisihan di dekat bar dan terlihat bicara serius.
"Jangan cemburu, kami saudara meskipun hanya kerabat jauh." Agnes yang berada di sampingnya, menyemangati.
Melva mengangguk. "Aku tahu."
"Kak Nikita memang menyukai Kak Adrian dari dulu, tapi sampai hari ini hubungan mereka hanya sebatas saudara, tidak lebih."
Penjelasan dari Agnes membuat Melva mengulum senyum. Sebenarnya, ia tidak terlalu peduli kalau pun Adrian menjalin cinta dengan wanita. Ia menyadari laki-laki itu bukan orang sembarangan. Setiap wanita pasti menginginkannya menjadi pendamping. Terlepas dari sikapnya yang dingin, Adrian adalah tipe kekasih idaman wanita. Tinggi, tampan, dan kaya raya adalah kombinasi mematikan. Melva pun akan menginginkan laki-laki itu menjadi kekasihnya, kalau saja mereka tidak dijodohkan. Jauh di dalam hati ia menyesal, untuk laki-laki yang terpaksa menikah dengannya.
"Agnes, kakakmu laki-laki sempurna, kenapa dia mau menikah denganku?"
Pertanyaan Melva membuat Agnes mendongak lalu mengernyit. "Kenapa memangnya?"
"Bukankah ada banyak wanita yang menginginkannya?"
"Memang, tapi Kak Adrian tidak pernah tertarik pada mereka."
"Kenapa?"
"Entahlah, nanti kamu tanya sama dia sendiri, Kak."
Melva menelan kembali berbagai pertanyaan di otaknya tentang Adrian. Ia tidak mungkin bertanya banyak hal pada laki-laki itu yang akan memberi kesan ingin tahu. Pernikahan adalah rencana jangka panjang. Masih banyak waktu untuk memastikan banyak pertanyaan dan mereka akan menemukan jawabannya kelak.
"Melva, kamu makan apa?"
Sofia bertanya dari seberang meja.
Melva menatap wanita dengan kipas di tangan. "Salad, Tante."
"Hah, kamu terlalu kurus. Mana kenyang makan salad. Ayo, pilih lagi yang lain!"
"Ini saja cukup."
"Kenapa? Takut gemuk? Apa semua artis makan sedikit seperti kamu?"
Melva mengangkat bahu. "Kurang tahu."
Sofia mengibaskan kipas, mengedarkan pandangan ke sekeliling meja. "Sebenarnya kita semua sepakat, kalau standar kecantikan para wanita bukan berdasarkan bentuk tubuh. Entah kenapa para artis justru berlomba-lomba ingin menunjukkan pada kami, tentang betapa beruntungnya mereka punya tubuh kurus, nyaris hanya berupa tulang yang terlihat."

KAMU SEDANG MEMBACA
How To Seduce My Husband
Storie d'amoreMelva Javiera atau akrab dipanggil MJ, adalah seorang model dan artis terkenal Dia menikah dengan seseorang yang dikenal dari masa kecil karena desakan keluarga. MJ sama sekali tidak menyangka, kalau laki-laki dalam bayangannya yang kaku kini berub...