Bab 5a

3.4K 490 34
                                    

Melva melakukan pekerjaannya seperti biasa, sementara Adrian sibuk dengan kunjungan bisnis. Tidak seperti pasangan yang akan menikah pada umumnya, mereka jarang sekali berkomunikasi. Sesekali hanya mengirim pesan pendek untuk sekedar menanyakan kabar lalu kembali sibuk dengan urusan masing-masing.

Melva syuting film baru, sebuah cerita romantis yang diadaptasi dari novel terkenal. Lawan mainnya kali ini adalah seorang aktor pendatang baru yang sebelumnya berprofesi sebagai penyanyi solo. Memainkan peran sebagai guru yang jatuh cinta dengan murid, ia berusaha sebaik mungkin. Sayangnya, lawan mainnya kesulitan dalam mengimbangi aktinya dan sering melakukan kesalahan saat pengambilan gambar.

"Kak, maafin aku. Janji akan lebih setrius." Pemuda bernama Neo itu meminta maaf karena sudah membuat Melva mengulang adegan yang sama berkali-kali.

Melva mengibaskan tangan, memendam rasa kesal. Tapi, ia ingat kalau Neo baru terjun ke dunia akting dan harus lebih sabar dalam menghadapi pemuda itu.

"Kamu jangan gugup, santai saja, dan anggap kita ini memang akrab di dunia nyata."

Neo menggeleng. "Tapi, aku memang gugup. Apalagi lawan mainku, Kakak."

Sutradara yang mendengar percakapan mereka, akhirnya memberi usul. Demi kelancaran syuting, ia meminta pada Melva dan Neo untuk menjalin hubungan akrab dan menciptakan chemistry yang baik.

"Besok, libur syuting. Kalian berdua coba untuk jalan-jalan seperti makan atau menonton film. Akrablah satu sama lain, dan buat diri kalian berdua saling nyaman."

Demi profesionalisme, Melva menuruti saran sutradara. Ia berunding dengan Neo dan sepakat untuk kencan berdua. Mereka membuat janji di hari Sabtu, untuk makan dan menonton film, hanya berdua tanpa ditemani asisten masing-masing. Memakai penyamaran lengkap dari topi, kacamata hitam dan masker, demi keamanan berdua.

Selama bersama, Melva mengajak Neo mengobrol akrab dari dan mendengarkan dengan tekun pembicaran pemuda itu. Saat kencan berakhir, mereka mulai akrab satu sama lain dan keesokan harinya, syuting berjalan lebih lancar.

Masalah datang dua hari setelah kencan. Ada wartawan dan penggemar yang mengabadikan kencan keduanya dan menyebarkannya di media sosial. Tak ayal, keduanya menjadi trending topik di mana-mana dan menciptkan banyak rumor. Melva menanggapi dengan santai tapi tidak dengan kedua orang tuanya. Sang mama menelepon terus menerus dan mengomelinya panjang lebar.

"Kamu ingat, MJ. Kamu itu sudah bertunangan, bulan depan akan menikah. Malah kencan sama cowok lain!"

"Maa, itu demi kelancaran syuting. Kami hanya makan dan nonton!"

"Kelancaran syuting? Memangnya selama ini kamu kurang lancar apa?"

"Bukan begitu, Neo masih pendatang baru jadi—"

"Demi dia kamu membiarkan dirimu jadi bulan-bulanan media dan masyarakat? Kamu nggak mikir perasaan Adrian? Bagaimana kalau dia baca gosip-gosip itu?"

Teriakan sang mama terdengar keras di ponsel dan membuat telinga Melva menjadi pengar. Percuma berdebat dengan sang mama, karena saat ini apa pun alasannya tidak akan diterima. Ia membiarkan dirinya diomeli dan diceramahi selama hampir dua jam. Tidak lupa diingatkan untuk menelepon Adrian dan menjelaskan semuanya, sebelum laki-laki itu salah paham dan masalah menjadi menjadi makin runyam.

Setelah sang mama mengakhiri panggilan, Melva menatap ponsel di tangan. Ada keengganan untuk menghubungi Adrian. Ingatan tentang pertemuan terakhir mereka membuat wajahnya memanas. Ia masih tidak percaya, berani mengecup Adrian. Meski beralasan sedang mabuk, tetap saja itu memalukan.

Setelah menimbang selama beberapa menit, akhirnya ia memberanikan diri menelepon sang tunangan. Panggilan diterima setelah dering ketiga.

"Hallo."

How To Seduce My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang