Bab 7a

3.1K 486 22
                                    

Berdiri gemetar di depan cermin, Melva menatap bayangannya dalam pakaian minim warna hitam. Ia meraba permukaan kain yang lembut. Mengamati bagian atas pakaian berupa kamisol bertali tipis dan area depan terbuka yang menunjukkan buah dadanya yang membusung. Ujung pakaian sangat pendek, hanya sampai pertengahan paha dan celana dalam yang ia pakai pun sangat kecil, berbentuk tali segitiga. Ia menghela napas panjang, mencoba meredakan debar di dada.

Melva bingung, saat merasa tidak percaya diri dalam pakaian minim. Bukankah ia sering berjalan di atas catwalk dalam balutan pakaian dalam? Ia sering berpose sexy untuk iklan produk. Tapi, entah kenapa sekarang rasanya berbeda. Seharusnya, ia tidak merasa gugup. Orang yang sedang menunggunya di balik pintu adalah suaminya sendiri, bukan orang lain. Sudah sewajarnya kalau seorang istri berpakaian sexy demi suaminya. Bukankah sekarang malam pertama mereka?

Tersenyum kecil, Melva menyadari betapa kacau dirinya. Meski ia seorang artis dan model profesional, tapi harus diakui tidak punya pengalaman dalam menangani laki-laki secara intim. Hubungannya dengan banyak laki-laki sebelumnya, tidak pernah terlalu jauh. Bahkan dengan Luke sekalipun, ia hanya berciuman. Tidak seperti sekarang, sampai harus memakai pakaian sexy demi menggoda laki-laki.

Ia memutar tubuh, mengamati punggungnya yang terbuka dan pinggul yang mengintip dari balik pakaian tipis. Memutuskan untuk belajar sedikit, ia membuka peramban dan mencari cepat petunjuk yang diinginkan.

"Seribu satu cara menaklukkan laki-laki.". Ia mengernyit saat membaca artikel itu. "Ini nggak cocok. Terlalu kasar."

Mengembuskan napas panjang, ia meletakkan ponsel. Mencoba membangkitkan rasa percaya dirinya. Bukankah ia sering berperan sebagai wanita yang sedang jatuh cinta? Harusnya, ia bisa membawa pengalamannya dalam berakting ke kehidupan nyata. Ini akan sangat mudah. Ia akan bersikap menggoda, berkata manis, dan selanjutnya, Adrian yang akan meneruskan. Merasa lebih percaya diri, Melva bersiap keluar dari toilet.

"Oke, sekarang sudah siap. Aku hanya perlu tersenyum dan kupastikan, Adrian akan bertekuk lutut, seperti halnya laki-laki lain saat melihatku "

Berbading terbalik dengan dadanya yang berdebar tak menentu, Melva meneggakn tubuh dan membuka pintu. Pandangannya tertuju pada laki-lali tampan yang sedang berbaring di ranjang dengan celana panjang dan kemeja terbuka yang menunjukkan dada bidang dan perut berotot. Ada ponsel di tangannya dan sepertinya sedang sibuk mengirim pesan. Melva menggigit bibir, menghampiri ranjang.

"Kak!"

Adrian mengangkat wajah, menatap istrinya yang begitu molek dalam balutan gaun tidur hitam mini. Dada yang membusung, perut yang sexy, ditambah paha dan betis yang indah. Tidak heran kalau Melva jadi artis pujaan karena kecantikan dan keindahan tubuhnya.

Adrian terbatuk kecil. "Kamu nggak salah pakai baju itu?"

Melva menatap bingung. "Salah? Kenapa?"

"Bisa masuk angin."

"Hah! Tapi, sekarang-"

"Menurutku baju begitu bisa bikin sakit!"

Belum sempat Melva menjawab, tangannya ditarik ke atas ranjang. Masih dalam keadaan linglung, ia direbahkan ke atas ranjang dan ditindih oleh Adrian. Mata mereka bertemu, Melva membasahi bibir.

"MJ, jangan seperti itu,"bisik Adrian serak.

"Se-seperti apa, Kak?"

"Menggoda. Itu nggak bagus untuk jantung para laki-laki."

"Tapi, kita suami istri."

"Memang, dan kamu yang begitu menggoda, bisa membuat orang lain salah paham."

Melva bingung dengan maksud ucapan suaminya. Hingga sebuah ciuman lembut mendarat di bibirnya. Ia menahan napas saat merasakan sentuhan Adrian di dagu dan pipi. Tanpa menyadari laki-laki itu yang bergerak menjauh. Saat ciuman mereka berakhir, Melva melihat tubuhnya sudah terbungkus selimut dengan rapi.

"Kaaak, apa ini?" Ia bertanya bingung.

Adrian tersenyum, mengangkat tubuhnya dari Melva. "Biar kamu nggak masuk angin."

"Haaah!"

"Jangan nakal lagi lain kali, MJ."

"Haaah!"

"Ingat, itu."

"Haaah!"

"Ayo, kita tidur. Aku lelah."

Melva terbaring di ranjang dalam keadaan masih tidak percaya. Di malam pertama pernikahannya, ia dibungkus rapi dengan selimut oleh suaminya sendiri. Sementara Adrian memeluknya dan tak lama dengkur halus terdengar dari mulut laki-laki itu. Memiringkan kepala, Melva masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Apakah karena Adrian sangat kelelahan maka laki-laki itu menolaknya? Tidak ingin terbebani oleh pikiran yang berlebihan, Melva memejamkan mata. Bagaimanapun, mereka akan bersama untuk jangka waktu yang lama. Tidak bercinta di malam pertama pernikahan, bukan hal buruk.

Keesokan pagi, saat Melva bangun, Adrian sudah berpakaian rapi dan duduk di kursi samping ranjang dengan laptop terbuka. Ia mengerjap, menurunkan kaki dan menatap laki-laki yang terlihat serius. Melva menghela napas, dan menggelengkan kepala. Menyadari kalau suaminya benar-benar gila kerja.

"Sudah bangun? Nyenyak tidurnya?" sapa Adrian.

Melva mengangguk, menyingkapkan selimut dan berdiri sambil meregangkan tubuh. Tidak menyadari Adrian yang menatapnya tak berkedip. Ia menghampiri laki-laki itu dan mengecup pipinya.

"Selamat pagi, sayangku. Suamiku," ucapnya lembut.

Adrian tidak bereaksi. Matanya menatap dada Melva yang membusung dan terpampang jelas di depannya dengan puting yang tegak menantang. Istrinya masih tidak menyadari posisinya sekarang saat bergerak makin dekat untuk mengusap punggungnya.

"Hari ini kita mau ke mana?"

"Kamu mau ke mana?"

Melva meneggakan tubuh, meraih lengan Adrian dan membiarkan melingkari pinggulnya. "Aku nggak nolak kalau kita seharian di kamar. Sepertinya hotel menyediakan jacuzzi. Bagaimana kalau kita berendam berdua?" Ia mengedipkan mata.

Merasakan bagian celananya mengetat karena jarinya bersentuhan dengan kulit halus Melva, Adrian berdehem. "Sepertinya cuaca bagus, bagaimana kalau kita jalan-jalan?"

Jawab suaminya membuat Melva mencebik. "Siang-siang begini jalan-jalan? Mau ke mana?"

"Museum mungkin, lalu makan siang di restoran yang terkenal di sini."

Merasa kesal, Melva meneggakan tubuh dan berkacak pinggang, menatap Adrian dengan frustrasi.

"Tuan Adrian Wangsa, kita sedang berbulan madu, bukan study tour. Mana ada orang baru menikah ke museum?"

Adrian terlihat kebingungan. "Kamu mau ke mana kalau begitu? Kebun binatang?"

"Ya Tuhan, aku bukan anak TK."

"Bagaimana kalau nonton?"

"Nggak, karena akan menimbulkan kegaduhan kalau mereka melihatku."

Tidak ada pilihan lain, dengan terpaksa Adrian menyetujui usul istrinya. "Baiklah, kalau begitu kita nggak usah ke mana mana. Kamu bisa berendam di jacuzzi, aku akan menyelesaikan pekerjaanku."

Hari itu, dilewati Melva dengan dongkol. Bagaimana tidak, bayangan untuk mendapatkan bulan madu yang romantis ternyata hanya harapan semu. Suaminya sama sekali tidak tertarik untuk bercinta dengannya. Laki-laki itu lebih memilih untuk mengurus semua pekerjaan dari pada bercinta dengan istrinya di jacuzzi.

**

Tersedia di google playbook. Link ada di papan pesan. Pembelian pdf via : 085811788865

How To Seduce My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang