Bab 1a

6.3K 630 21
                                    

Di sebuah hotel ternama, dalam restoran mewah berdekorasi oriental, dua keluarga bertemu. Mereka mengadakan pembicaraan di sebuah ruang privat. Ada meja bundar di kelilingi delapan kursi tapi hanya lima yang terisi. Tiga lainnya kosong. Orang-orang yang duduk mengitari meja tidak peduli, meski dalam ruangan besar itu hanya ada mereka. Yang terpenting adalah pembicaraan mereka mencapai kata sepakat.

Beragam hidangan terpajang di atas meja, lebih dari cukup untuk disantap lima orang. Tapi, sepertinya mereka lupa makan karena terlalu asyik mengobrol, hanya teh panas dalam poci yang terus menerus habis.

"Maaf, Jeng. Kalau anak saya nggak bisa datang malam ini." Kelly berucap lembut pada wanita cantik bergaun ungun yang seumuran dengannya.

"Hai, jangan kuatir, Jeng. Nggak ada pengaruhnya untuk kita mereka datang atau nggak. Yang penting tanggal pernikahan sudah ditetapkan. Anak-anak kita punya waktu dua bulan untuk saling mengenal, sebelum sah menjadi suami istri."

"Maa, mereka sudah saling kenal dari dulu." Nadav, suami dari Laili, wanita bergaun ungun, berucap lantang.

Laili mengibaskan tangan. "Memang, Pa. Adrian dan MJ memang sudah saling mengenal sejak masih kecil. Tapi ingat, mereka sudah belasan tahu nggak ketemu. Lupa itu sudah pasti."

Kelly mengangguk. "Sudah pasti lupa. Buktinya malam ini. Dari jauh-jauh hari kita sudah membuat rencana pertemuan mereka untuk membahas pernikaha, tapi apa yang terjadi? Keduanya sedang bekerja. Ada jadwal yang tidak bisa ditinggalkan. Luar biasa bukan?"

Kedua mama itu saling pandang lalu tertawa lirih bersamaan. Membicarakan anak-anak mereka yang akan menikah memang menimbulkan perasaan gembira. Sudah lama mereka merencanakan pertemuan ini, dan tidak ada satu pun yang bisa menghentikan rencana yang mereka buat, termasuk Melva dan Adrian yang tidak datang.

Agnes menggigit ujung sumpitnya, menatap dua pasang orang dewasa yang terlihat bahagia membahas pernikahan. Seolah-olah, mereka yang akan menikah. Ia sendiri tidak tahu bagaimana tanggapan kakak laki-lakinya nanti kalau tahu tanggal pernikahan ditetapkan tanpa persetujuannya.

Meraih ponsel, ia membuka peramban dan menemukan berita tentang Melva Javiera atau biasa dipanggil MJ. Ingatkannya kembali ke masa silam, saat ia mengenal wanita yang kini menjadi artis dan model terkenal. Mereka dulu bertetangga dan hubungan kedua keluarga memang cukup dekat.

Agnes ingat Melva kecil yang sangat rupawan. Padahal usianya waktu itu kisaran 12 tahun tapi lekuk tubuhnya sudah terlihat menggoda. Agnes yang beberapa tahun lebih muda dari Melva sering dibuat kagum saat banyak anak laki-laki menghampiri rumah sang model untuk mengajak bermain. Tapi, Melva selalu menolak. Karena lebih suka bermain dengannya. Sementara kakaknya, Adrian hanya diam dan memperhatikan dari jauh. Tidak pernah mengajak bicara apalagi sampai bermain bersama. Ia tidak tahu, bagaimana perasaan sang kakak dan Melva saat mereka harus bersama dalam ikatan pernikahan.

Pertemuan diakhiri dengan kesepakatan tak terbantahkan tentang pernikahan yang akan terjadi dua bulan kemudian.

**

Melva menatap bayangannya di cermin, seorang penata rambut sedang memberikan sentuhan akhir di puncak kepala, dua wanita penata gaya sedang membantunya memasang perhiasan di telinga berupa anting-anting besar berwarna emas. Sementara perias, berada di depannya untuk menyapukan kuas-kuas pada wajahnya. Ia memakai gaun hitam tanpa lengan, panjang di atas lutut dengan bagian belakang terbuka.

"MJ, sudah siap?"

Pintu menjeplak terbuka, seorang wanita berambut pendek dan berkacamata menatap dengan headset di kepala.

Melva menoleh. "Lima menit lagi aku rasa."

"Jangan lebih dari itu, MC sudah kehabisan kata-kata dan para penonton sudah histeris."

How To Seduce My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang