8. Cepat Sembuh, Humairaku

2.6K 185 1
                                    

بسم اللّْه الرحمن الحيم

8. Cepat Sembuh, Humairaku

Perbanyaklah mengingat Allah, karena itu adalah obat...”

****
Sudah menghabiskan waktu lima hari untuk berbulan madu, kedua pasangan suami-istri itu harus kembali ke tempat asalnya. Perjalanan dari Kudus ke Magelang hanya membutuhkan waktu sekitar 3-5 jam lamanya. Tepat pukul sebelas siang, mobil hitam mengkilap itu memasuki gerbang pesantren An-nur.

Lelaki itu mengelus punggung tangan istrinya yang tengah tertidur lelap karena kelelahan. Gus Amir memberhentikan mobilnya dihalaman Ndalem. Di jok belakang ada koper dan belanjaan mereka. Oleh-oleh yang mereka bawa paling banyak hanya Jenang khas kota Kudus yang bermacam-macam rasa. Sisanya ada pakaian serta buah tangan biasa.

Gus Amir turun dari mobil dan membuka pintu sebelah. Pelan-pelan lelaki itu menggendong istrinya yang tertidur pulas. Tak sampai hati jika harus membangunkan sang istri.

“Loh, kenapa ini mantu Umi?!” kaget Umi Aisyah kala melihat Ning Mila digendongan Gus Amir dengan mata terpejam.

“Ning Mila ketiduran, Umi. Amir tak tega membangunkan nya,”

Widiiihhh...romantis kali...” sahut Ning Almira dari anak tangga.

Gus Amir meliriknya sekilas. “Awas!” ketusnya kepada sang kakak.

“Pulang-pulang, kok, ngegas!” Ning Almira menyingkir.

“Suka-sukalah!” Gus Amir terhenti ditengah tangga. Dia sedikit memiringkan tubuhnya. “Nis, dimobil ada oleh-oleh, kalau mau ambil saja!”

“Iya,” balas Annisa. Gus Amir tersenyum. Kalem sekali adik bungsunya ini.

“Taruh dulu itu Mila nya, kasian!” tegur Umi Aisyah. Gus Amir mengangguk dan kembali berjalan menuju kamar.

Usai dari menidurkan sang istri, lelaki bergamis coklat itu kembali ke Mobil untuk mengambil koper dan barang lain nya. Gus Amir meletakkan di ruang keluarga.

“Bagaimana bulan madunya, Mas?”

“Sangat menyenangkan, Umi, apalagi perginya sama istri.” Gus Amir membuka tiga kresek hitam besar.

“Buanyak banget Jenangnya, Bang?” tanya Annisa.

“Kakakmu yang mau, kalau kamu mau ambil aja! Disitu ada baju untuk kamu, tuh!” tunjuk Gus Amir ke arah kresek lainnya.

“Berarti sudah tidak perjaka lagi, dong?” goda Ning Almira tertawa pelan.

“Apa banget, sih!” dengus Gus Amir.

“Pasti sebentar lagi jadi, tuh!”

“Kamu selesai berhubungan posisinya gimana?” tanya Ning Almira.

Gus Amir salting. “Kepo banget!”

“Harus! Biar tau jenis kelamin nya,”

“Masa gitu?”

“Iya, lah! Menurut kitab fathul izza,” Ning Almira membuka Jenang untuk dimakan. “Ayo, madep mana posisinya?”

AMILA [Season 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang