بسم الله الرحمن الرحيم
32. Antara Ilmu dan Adab
“Aku lebih menghargai orang yang beradab daripada berilmu. Kalau hanya berilmu, iblis pun lebih tinggi ilmu nya dari pada manusia.”
Syeikh Abdul Qodir Al-jailani
****
Dalam putaran kehidupan, hal yang paling disyukuri adalah ketika kita berhasil mengambil hati guru serta ulama’ dan menirukan akhlak mereka. Terlebih jika kita mampu bergaul dengan para ulama’ selayaknya sebuah keluarga.Diantara sebab terputusnya seseorang dari jalan ilmu adalah mereka yang tidak pernah bergaul atau bersahabat dengan Ustadz, Ulama, serta Kyai. Padahal, ilmu selalu membutuhkan agar pemiliknya selalu terpaut dengan nya selama nya.
“Terkadang beberapa ulama berpaling dari kenikmatan duniawi yang mubah atau diperbolehkan demi meraih ilmu agama, seperti harta, istri, pandangan yang mubah, atau manusia, dan tidak menyibukkan diri dengannya....,” ujar Gus Amir ketika menyampaikan ceramahnya hari ini. Disaksikan berbagai pasang mata dari berbagai belahan kota.
Diatas panggung megah nan ramai itu, seorang pria hampir berusia dua puluh satu tahun berdiri dengan gagahnya.
“Makanya, saya menyarankan kalau cari istri yang satu tujuan, satu tujuan untuk pernikahan...pernikahan ini mau dibawa kemana....,”
“Ke Surga-Nya, Gus....,” salah satu tim hadrah menyahuti nya. Disambut sorakan dari jamaah umum.
“Kalau mau ke surga, salah satu tiketnya harus dengan ilmu...ketika kita bersahabat dengan ahli ilmu, ahlul qur‘an, maka niscaya jiwa kita juga disibukkan dengan ilmu dan Al-qur‘an.” Gus Amir menatap para jamaah nya yang ribuan itu.
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda...,”
إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ إِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
”Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya para Nabi tidaklah mewariskan uang dinar dan dirham, mereka hanya mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambilnya, sungguh dia mendapatkan bagian yang besar....hadis riwayat Ibnu Majjah nomor 228,” lanjut Gus Amir dalam ceramahnya.
Sementara diruang tengah Ndalem pesantren ini, Ning Mila berkumpul bersama keluarga pemilik pesantren. Awalnya ia disuruh ke kamar karena perutnya sempat kram ketika suaminya akan naik panggung. Namun wanita itu menolaknya, alhasil Gus Amir sempat mengulur waktu lima belas menit untuk ikut menenangkan calon bayi nya.
Hidangan buah dan cup teh didepan nya tak membuat tertarik, ia lebih tertarik dengan ceramah sang suami yang mengalun ditelinga. Meski harus menatap Gus Amir lewat layar, karena tak mungkin ia ikut berdesakan dengan jamaah.
“Adab itu lebih tinggi dari pada ilmu...orang yang punya ilmu belum tentu ia punya adab, tetapi orang yang memiliki adab sudah pasti dia punya ilmu...nggeh nopo nggeh?” Ning Mila tersenyum dibalik cadarnya. Suaminya memang ahli berdakwah. Bahkan sampai pukul sebelas malam ini para jamaah belum ada yang terlihat mengantuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMILA [Season 2]
RomanceDIHARAP BACA AMILA SEASON 1, YAAA❤️ BIAR TAU ALUR CERITA NYAAA💖💖💖 **** SELAMAT DATANG DIKISAH GUS AMIR DAN NING MILA SEASON 2❤️❤️ **** Ini bukan kisah tentang Fir'aun dan Siti Asiyah, dimana sang lelaki ahli neraka dan wanita nya ahli surga. Ini...