19. Saling terbuka

1.9K 163 2
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

19. Saling Terbuka

“Diantara musibah terbesar adalah Kamu jatuh cinta, tetapi orang itu tidak mencintaimu.”

Imam Syafi’i

****
Gus Amir memijat pangkal hidungnya. Bingung dengan pertanyaan-pertanyaan sang istri yang lebih ke memaksa dan menuntut jawaban.

Sementara si pelaku sibuk menggerutu. Sambil menyandarkan kepala didada Gus Amir, Ning Mila mendumel. Lama-lama kuping Gus Amit pengang sendiri mendengar gerutuan istrinya.

Ia melepas sang istri dari tubuhnya. “Muroja‘ah saja bagaimana, sayang?” pinta Gus Amir selembut mungkin.

Dengan tegas Ning Mila menggeleng. “Gak! Mau nya QnA! Adek yang tanya, Mas jawab dengan jujur!”

“Tapikan---”

“Mas...” Ning Mila mengeluarkan jurus andalan nya. Membulatkan mata dan merengek. Membuat wajahnya se-menggemaskan mungkin.

Gus Amir membuang napas kasar dan tersenyum paksa. “Oke! Istri Mas mau tanya apa, hem?”

Wajah perempuan itu langsung sumringah. “Oke! Pertanyaan pertama, kenapa Mas pilih adek sebagai pasangan hidup?”

“Kan, kemarin sudah dijawab, dek?!” protes Gus Amir. Bosan dengan pertanyaan yang sama. Dan pastinya jawabannya selalu sama.

“Yasudah, ganti! Sebelum ketemu adek, kriteria calon istri idaman Mas, tuh, yang gimana, sih?” tanya Ning Mila lagi.

Gus Amir manggur-manggut. Seru juga kalau membahas yang kayak gini. “Sebenarnya bukan sebelum ketemu, ya. Dari dulu, tuh, Mas cari perempuan yang bisa diajak diskusi dalam hal apapun, karena Mas orangnya suka diskusi. Terus Mas cari yang bisa diajak bercanda juga, biar tidak serius terus gitu, dan ketika melihat adek, Mas melihat semua kriteria itu dalam diri adek!” jelas Gus Amir.

“Masa? Kurang percaya, ya...” Ning Mila masih menuntut jawaban. Meski tidak menemukan kebohongan dimata suami, tetap saja ia merasa tidak puas. Jaman sekarang tidak ada cowok yang gak mandang fisik. “Cantik? Tidak ikut kriteria?”

“Ikut!” balas Gus Amir. “Tapi kriteria yang kesekian, bukan kriteria utama.”

“Masa gitu?”

Gus Amir mengusak kepala istrinya. Ia mengangguk meyakinkan. “Mas kalau lihat perempuan dari akhlaqnya, sayang! Percuma mau secantik apapun wajahnya kalau akhlaknya minus ya buat apa? Lagipula semua perempuan akan cantik dimata lelaki yang benar-benar tulus mencintainya, kan?”

“Benar juga, sih! Terus akhlak yang cantik menurut Mas itu yang bagaimana?”

“Dia yang sopan dan tawadu’ terhadap guru dan ulama’. Perempuan yang memiliki rasa malu tinggi, yang selalu bersuara pelan.” jelas Gus Amir.

“Yang tawadu’?” tanya Ning Mila kurang paham.

“Iya,” angguk Gus Amir. “Tawadu’ itu orang yang tunduk atau patuh. Nah, kalau perempuan itu saja tunduk pada guru dan ulama’ apalagi dengan suaminya?”

AMILA [Season 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang