28. Check Up pertama

2.4K 188 6
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

28. Check Up pertama

“Bukan hanya sekedar seorang suami, tapi seorang yang mampu menjadi sosok ayah terhebat yang akan mengantarkan anak istrinya menuju ridho Allah.”

****
Ternyata, benar apa yang dikatakan orang. Ketika istri hamil, suami harus menjadi sosok yang paling siaga. Harus mau menuruti permintaan istri dengan dalih ngidam, harus rela bangun tengah malam kalau istri tiba-tiba merasa lapar, dan bahkan harus mengikhlaskan waktu hanya untuk menemani sang istri bermalas-malasan. Semua itu benar adanya dan sudah dibuktikan sendiri oleh lelaki yang menyandang sebagai seorang Gus dan pendakwah terkenal.

Mendekati akhir trimester pertama, Ning Mila mulai sering mengeluh. Entah perihal mual nya yang semakin menjadi-jadi, tubuhnya yang tiba-tiba merasa sangat lelah, pusing, dan ngidamnya juga semakin sering.

Seperti saat ini, Gus Amir mengelus pelan perut Ning Mila yang katanya kram. Bahkan istrinya itu sempat merengek karena sakit.

“Mas....kram banget...gak kuat,” rengeknya lagi. Gus Amir merapatkan tubuh dan terus mengelus perut istrinya.

Padahal keduanya sudah siap untuk pergi ke rumah sakit, check Up pertama Ning Mila. Tapi baru mau keluar kamar Ning Mila sudah mengeluh kram diperutnya.

“Sabar, sayang...” lagi dan lagi hanya itu kalimat penenang dari Gus Amir. Dia juga bingung harus berkata apa selain sabar dan memberi semangat.

Setelah beberapa menit, akhirnya kram yang didera Ning Mila reda. Perempuan itu sudah nampak sedikit tenang sambil ikut mengelus perutnya yang sudah sedikit terlihat. Menurut perhitungan nya sendiri, kandungan nya memasuki usia 10 minggu. Katanya usia 10 minggu bayinya sudah mulai terbentuk.

Gus Amir berjongkok dihadapan sang istri yang masih bersandar disofa. Mengelus lembut pada perut istrinya yang berisi buah cinta mereka. “Dedek, sekarang kok nakal banget, bikin ummanya susah....kasihan Umma, nak.” katanya didepan perut Ning Mila.

Terkadang ketika Ning Mila mengeluh pegal, mual, pengen ini dan itu, Gus Amir juga kasihan. Ngidamnya Ning Mila bukan yang susah dicari, justru istrinya malah selalu hanya ingin makan siomay. Padahal pas awal-awal hamil, Gus Amir yang merasakan ngidam.

“Ayo sayang, berangkat!” ajak Ning Mila. Takutnya sudah ditunggu Dokter Hilda kalau kelamaan.

Gus Amir mengangguk. Ia menuntun sang istri sampai ke mobil dan melajukan kendaraan roda empat itu dengan kecepatan sedang.

Sesampainya dirumah sakit Harapan Bunda Magelang, keduanya langsung menuju ruang khusus untuk ibu-ibu hamil. Kebetulan mereka tidak mengantri karena katanya mereka terlalu siang. Jadi pasien-pasien lain sudah check up sejak tadi pagi.

Ning Mila berbaring dibrankar dengan Gus Amir disampingnya serta ada Dokter Hilda yang memeriksa perutnya dengan sebuah alat yang langsung menyambung kepada monitor. Untung saja Ning Mila memakai baju tunik jadi tidak repot ketika perutnya diperiksa.

“Tepat sepuluh minggu, ya, bu?” tanya Dokter Hilda sambil menatap ke monitor.

“Iya, dok.”

“Berarti dua bulan lebih dua minggu,” layar monitor itu diperbesar hingga menampilkan rahim Ning Mila yang berisi janin. “Bayinya juga sudah mulai berbentuk,”

AMILA [Season 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang