34. Menyamakan Makhluk

2.2K 184 61
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

34. Menyamakan Makhluk

“Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki kemungkinan yang tak terhingga.”

[Imam Hambali]

****
“Mbak, hari ini tolong masak oseng jamur untuk sarapan paginya, siangnya sayur sup, terus makan malamnya tempe goreng sama sambal tomat, ya?” jelas Ning Mila kepada asisten rumah tangga nya, Mbak Ida.

“Nggeh, Ning.” Mbak Ida langsung menyiapkan bahan untuk tongseng jamurnya.

Mbak Ida baru berusia 29 tahun. Sebelum dipekerjakan di sini, Mbak Ida juga sebagai asisten rumah tangga Ndalem. Beliau sudah memiliki suami dan rumahnya berada di komplek An-nur juga. Sedangkan suami Mbak Ida juga mengabdi kepada pesantren, yang sekarang telah Gus Amir pekerjakan dirumah sendiri sebagai satpam.

Kandungan Ning Mila yang memasuki bulan ke tujuh membuat pergerakan nya sedikit terbatas. Kakinya mulai bengkak dan pinggangnya sering terasa nyeri. Akhirnya, Gus Amir mempekerjakan tiga asisten rumah tangga. Yaitu Mbak Ida bertugas didapur, Mbak Lina dan Mbak Aris bertugas bersih-bersih. Terkadang, Mbak Lina dan Mbak Aris juga membantu Mbak Ida memasak.

“Assalamu‘alaikum,” ucap Gus Amir ketika memasuki rumah. Ia baru saja pulang dari masjid pesantren bersama Pak Irawan, suami Mbk Ida, untuk menunaikan sholat subuh.

Ning Mila berdiri dari duduknya dan melangkah menuju sang suami. “Wa‘alaikumussalam.” balasnya. Seperti biasa, wanita itu mencium tangan suami dan Gus Amir mencium kening istrinya.

“Sana ganti baju dulu, adek sudah siapin diranjang, ya?” suruh Ning Mila.

Gus Amir mengangguk. “Terima kasih, sayang!”

Setelah sang suami naik ke atas, ia menuju dapur untuk membantu memasak. Dan sekedar membuatkan minuman hangat untuk suaminya.

“Eh, kok sudah pada kumpul aja?” didapur ternyata sudah ada Mbak Lina dan Mbak Aris yang membantu memasak.

“Iya, Ning. Kami habis sholat subuh langsung ke dapur,” jawab Mbak Aris.

“Mbak Ida sudah sholat?” tanya Ning Mila. Ia selalu memastikan mbak-mbak nya sholat tepat waktu.

“Saya sedang udzur, Ning.”

Ning Mila mengangguk paham. Ia mengambil panci untuk memasak air. Pagi ini ia akan membuatkan jahe hangat untuk suaminya.

“Ning mau ngapain?” tanya Mbak Lina.

“Ohh, mau buatin Gus Amir jahe anget, Mbak.” balas wanita itu.

“Biar saya saja, Ning. Ning Mila duduk aja.” ujar Mbak Ida.

Ning Mila menggeleng, menolak. “Gak apa-apa, Mbak. Mending njenengan masak aja,” meskipun dengan pembantu sekalipun, Ning Mila tetap menggunakan kesopanan nya. Karena biar bagaimanapun, pembantu juga merupakan manusia yang wajib dihormati.

“Masya Allah, Ning Mila baik banget sama kita, ya? Biasanya majikan itu sukanya nyuruh-nyuruh pembantunya, tapi Ning Mila malah ikut disini sama kami.” ujar Mbak Aris memuji. Mbak Aris memang yang paling muda diantara ketiga nya. Usianya baru 24 tahun. Dan tentu sudah memiliki suami bahkan anak.

AMILA [Season 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang