بسم الله الرحم الرحيم
24. Rumah
“Tidak harus sesuatu yang mewah, sederhana namun elegan dan berkesan.”
****
“Umi...Mila minta maaf tidak bisa merawat Mas dengan baik ketika diJakarta.” kata Ning Mila sembari memeluk Umi Aisyah yang menyambut kedatangan putra dan menantunya didepan pintu.Mereka telah sampai di Magelang tepat saat para santri tengah menunaikan ibadah sholat isya'. Dan sesuai permintaan istrinya, Ning Mila yang menyetiri mobil dari mulai mengantar kontrol Gus Amir sampai pulang kembali ke Magelang. Gus Amir pikir istrinya akan kaku menaiki mobil. Ternyata skil menyetir Ning Mila tidak bisa diragukan lagi.
“Ngomong opo, tho, Nduk? Kamu itu sudah merawat putra Umi dengan baik. Buktinya setelah menikah Amir terlihat lebih berisi daripada sebelumnya,” balas Umi Aisyah dengan lembut. Dan faktanya setelah menikah Gus Amir memang lebih terlihat berisi badan nya. Sehingga terlihat sangat gagah.
“Ayo masuk,” Umi Aisyah menggiring menantu nya. Sementara Gus Amir sedari tadi sudah duduk bersandar disofa ruang keluarga sembari memejamkan mata.
Ning Mila yang melihat itu yang khawatir. Ia berlari kecil menghampiri sang suami yang belum sadar akan kehadiran Umi dan istrinya. “Mas kenapa?! Ada yang sakit lagi?” jemari nya mengusap rambut Gus Amir dengan lembut.
Umi Aisyah ikut mendudukkan diri disamping kiri putra nya. Mengecek suhu tubuh Gus Amir yang normal.
“Mas baik-baik saja, Dek. Hanya ngantuk,”
Menghela napas lega, Ning Mila membenarkan posisi duduknya. Menanyakan keberadaan kakak iparnya serta Annisa. Ia lihat sejak tadi, Ndalem begitu sepi. Biasanya Kak Almira akan heboh jika ada suaminya dan dirinya datang.
“Kakak mu itu sedang berkunjung ke rumah mertuanya, Annisa kan ada kajian di Masjid pondok.”
“Umi dirumah sendiri?” tanya Ning Mila khawatir.
Umi Aisyah mengangguk sembari tersenyum lembut.
“Tau gini mending kita pulang kemarin aja, Mas! Umi jadi dirumah sendirian sama Nisa.” ujar Ning Mila.
“Umi malah akan memarahi kalian kalau pulang kemarin!” Umi Aisyah menyeru sembari menatap anak serta menantunya. “Amir itu kan belum fit dan kamu juga harus istirahat karena begadang dirumah sakit,” sambung nya.
“Sebenarnya beberapa ini ada undangan dakwah dari beberapa kota, Umi belum berani mengambil keputusan. Saran Umi sementara Amir cuti dulu sampai dua mingguan,” beritahu Umi Aisyah. Undangan dakwahnya memang masih bulan depan, masih ada tiga minggu untuk menetralkan badannya. Itupun kalau tidak ada jadwal pesantren.
“Minggu ke-empatnya dibulan ini mungkin Amir dakwah lagi, Umi.” ujar Gus Amir.
“Mas yakin? Istirahat aja dulu, adek belum sampai hati melepas Mas keluar kota.” ujar Ning Mila sendu.
“Itu adalah kewajiban dan tanggung jawab Mas, sayang...doakan Mas supaya sehat terus, ya.” Gus Amir membelai kepala istrinya sayang.
“Aaamiin...” Umi Aisyah menyahuti.
“Umi, rencana nya Amir mau membeli rumah disamping pesantren putri yang baru minggu lalu kosong itu,” ujar Gus Amir mengutarakan niatnya. Rumah itu sangat menarik dimata Gus Amir. Ia ingin melihat-lihat nya terlebih dahulu.

KAMU SEDANG MEMBACA
AMILA [Season 2]
RomanceDIHARAP BACA AMILA SEASON 1, YAAA❤️ BIAR TAU ALUR CERITA NYAAA💖💖💖 **** SELAMAT DATANG DIKISAH GUS AMIR DAN NING MILA SEASON 2❤️❤️ **** Ini bukan kisah tentang Fir'aun dan Siti Asiyah, dimana sang lelaki ahli neraka dan wanita nya ahli surga. Ini...