23. Semua baik-baik saja

1.7K 166 7
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

22. Semua baik-baik saja

“Ketika merasa gundah dan gelisah, ingatlah! Allah adalah sebaik-baik tempat untuk berpulang.”

****
Tak henti-henti nya, selama suami sakit Ning Mila berdoa untuk kesembuhan suami nya kepada Allah. Meminta kepada sang ilahi agar mengangkat penyakit suaminya. Bahkan saking pengin nya Gus Amir cepat sembuh, membaca Al-quran pun ia khususkan untuk suami nya.

Dan Allah begitu cepat mengabulkan rintihan doa Ning Mila. Setelah dokter memeriksa kondisi perkembangan Gus Amir untuk yang kesekian kali, akhirnya pagi ini tepat pukul delapan Gus Amir diperbolehkan pulang.

Sungguh, Allah sebaik itu padanya. Mengabulkan doa dengan begitu mudah hanya bersyaratkan ketaatan dan ikhtiar.

Selama ada Allah, semua baik-baik saja. Ning Mila sangat percaya dengan itu karena beberapa kali ia telah membuktikan nya.

Ning Mila memperhatikan dokter yang membantu melepas selang infus dari tangan Gus Amir. Dokter yang menangani suaminya begitu baik. Sangat menghargai kalau Gus Amir tidak bisa bersentuhan langsung dengan perawat perempuan. Maka ia yang turun tangan sendiri.

“Terima kasih banyak, Pak dokter.” begitu selesai, Ning Mila langsung berucap. Ia sangat bersyukur suami nya dirawat oleh dokter yang begitu lembut dan pandai bergaul dengan pasien.

Selama empat hari dirumah sakit, ketika sedang memeriksa Gus Amir. Dokter itu selalu mengajak suaminya ngobrol. Meski hanya obrolan ringan dan singkat, setidaknya mampu membuat rasa tegang terhadap pasien sirna.

“Sama-sama, Bu.” Dokter Fadli menyatukan telapak tangan nya. Sebagai bentuk salam kepada Ning Mila. Lalu beralih pada Gus Amir lagi. “Semoga sehat selalu, Pak.  Untuk jadwal kontrol nya, saya sudah memindahkan dokternya, ya!”

Sebelumnya Ning Mila memang meminta sang dokter untuk merujuk Gus Amir ke Rumah sakit Magelang yang terdekat untuk kontrol. Alhamdulillah nya, Dokter Fadli mengizinkan.

“Kontrol pertama tentu harus bersama saya, tiga hari kedepan. Untuk seterusnya bisa kepada rekan saya yang bertugas di rumah sakit magelang,” jelas Dokter Fadli.

“Terima kasih, banyak, dok!” ucap Gus Amir.

Dokter Fadli tersenyum sambil mengangguk. Ia memerintahkan suster untuk mengambilkan kursi roda. “Saya permisi dulu, pak, bu. Suster yang akan mengantar bapak dan ibu ke teras depan rumah sakit,”

Selepas Dokter Fadli pergi dari ruangan. Ning Mila membantu suami nya duduk di kursi roda. Wanita itu meminta suster supaya dia saja yang mendorong kursi roda suaminya. Dan berakhirlah, suster hanya bertugas mendampingi.

Sampai didepan rumah sakit, mobil yang dikendarai Gus Hafi mendekat. Didalamnya ada Ustadzah Laras dan Zafi. Ning Mila membantu Gus Amir masuk ke dalam mobil.

“Terima kasih banyak, suster!” ucap Ning Mila sebelum masuk.

“Bagaimana kondisi kamu, Mir? Maaf hanya menjenguk satu kali,” tanya Gus Hafi.

“Alhamdulillah sampun sae, Mas.” Gus Amir tentu tahu. Kakak iparnya baru saja punya anak, tentu ia paham bahwa keadaan disana sangat riyel.

AMILA [Season 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang