26. Allah selalu punya cara

2.1K 193 14
                                    

بسم الله الرحمن الريم

26. Allah selalu punya cara

“Allah selalu punya cara untuk memberikan kenikmatan kepada hamba-Nya, ketika hamba itu mampu bersyukur.”

****
Dua pekan berlalu dengan begitu cepatnya. Rumah impian Ning Mila pun telah selesai direnovasi. Benteng yang menjulang tinggi yang sebelumnya menjadi pembatas kini telah berganti menjadi pagar. Barang-barang pun sudah ditata rapi sesuai konsep yang Ning Mila inginkan. Tentu Gus Amir tidak mempermasalahkan itu. Tugasnya hanya membantu mengangkat dan memindahkan barang.

Hari ini mereka pergi ke toko perabotan untuk mengisi kekurangan alat rumah disana. Tentu saja sebelum itu mereka telah melaksanakan doa bersama dan tahtiman Qur‘an dirumah itu.

Gus Amir mendorong troli belanja. Apapun yang akan dibeli istrinya, akan ia bayar. Gus Amir yakin Ning Mila tidak akan membeli barang yang tak berguna. Sementara perempuan itu memilih barang dengan kualitas bagus dan harga yang tak terlalu mahal. Nama nya juga perempuan.

Beberapa menit berlalu, Ning Mila memeriksa kembali troli nya. “Butuh apalagi, Mas?” tanya Ning Mila. Menurutnya ini semua sudah lengkap. Peralatan dapur terutama.

“Adek mau beli apalagi? Ambil saja, yang!” Ning Mila mendengus pelan. Bukan itu jawaban yang diinginkan nya. Ia kembali berjalan.

“Beli bahan dapur, yang!” ujar Gus Amir. Karena rumah itu baru jadi belum ada makanan sama sekali dikulkas.

Langkah Ning Mila terhenti. Membuat troli menabrak punggungnya karena Gus Amir berjalan dibelakang wanita itu.

“Aduhh!!” ringis Ning Mila sembari mengusap punggung nya yang linu.

Gus Amir panik dan langsung menghampiri istrinya. Ikut mengusap punggung tertutup khimar lebar itu. “Aduh...maaf, sayang! Mas tidak melihat,” ucapnya dengan nada panik.

“Masih sakit?” tanya Gus Amir.

Ning Mila menggeleng. Lumayan sih tapi ya masih cekit-cekit dikit. Ia kembali mengajak suaminya jalan. Kali ini Gus Amir menggandeng sang istri dengan tangan kanan sementara tangan kiri mendorong troli.

Hingga mereka sampai dirumah baru dan Ning Mila langsung menata barang-barangnya. Gus Amir sendiri hanya duduk menatap. Bukan tak mau membantu, tapi takut merusuhi dan malah berakhir menambah pekerjaan sang istri.

“Adek belum mengabari keluarga Jakarta kalau kita pindah rumah, kan?” Pertanyaan Gus Amir menghentikan kegiatan Ning Mila yang tengah memasukkan bumbu-bumbu ke dalam botol kecil. Supaya terlihat rapi.

“Belum,”

“Abang kabarin mereka boleh?” Gus Amir meminta izin. Takut hati istrinya masih menyimpan rasa sakit.

“Boleh,”

“Ikhlas enggak?” tanya Gus Amir lagi.

“Iya.”

Pria itu mendengus. “Tatap mata Mas, cepetan!” perintahnya.

“Adek lagi nata ini,” balas Ning Mila masih fokus dengan kegiatannya.

“Ning...”

AMILA [Season 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang