16. Hanya butuh Ketenangan

1.9K 153 9
                                    

بسم اللّٰه الرحمن الرحيم

16. Hanya butuh Ketenangan

“Jika pandangan kita selalu tertuju ke atas terhadap Dunia, maka itu akan menjadi masalah abadi yang pedih di Akhirat nanti.”

****
“Ayo jalan kesini, yang! Pelan-pelan.”

“Ayo bentar lagi bisa jalan....”

“Semangat, zaujati....

Wanita itu berjalan tertatih menghampiri sang suami yang berjarak agak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Disamping Gus Amir ada dokter, Umi Aisyah dan Kak Almira. Beberapa keluarga Ning Mila sudah kembali pulang kemarin malam.

“Sshhh....” Ning Mila meringis sembari berpegangan dinding. Ia seperti anak kecil yang baru mulai belajar jalan.

“Ayang...ayo, sini, semangaatt!!!” ujar Gus Amir dari tempatnya.

Sedikit lagi. Beberapa langkah lagi. Ia akan sampai ditempat sang suami. Ia bertekad akan sembuh sebelum kakaknya melahirkan. Ning Mila ingin menemani Ning Zahra ketika bersalin.

Hap!

Berhasil.

Ning Mila mendarat tepat dipelukan Gus Amir. Wanita itu langsung lega. Ia mendongak menatap suami yang tersenyum tulus padanya.

“Bagaimana, dok? Perkembangannya?” tanya Umi Aisyah. Ia cukup bangga dengan menantunya yang mau berusaha untuk sembuh.

Dokter wanita yang selama ini menemani Ning Mila terapi itu tersenyum puas. “Semakin bagus sekali, ya! Mungkin ditambah dua kali terapi, Ning Mila bisa kembali seperti semula,”

“Alhamdulillah....”

“Dok, kalau berhenti minum vitamin untuk tulang, boleh?” tanya Ning Mila mengundang perhatian dari orang-orang.

“Kenapa, sayang?” heran Gus Amir.

“Bosan, minum obat terus.”

“Tapi diganti dengan susu khusus tulang, ya?” ujar sang Dokter.

Ning Mila mengangguk. Tanpa disuruh dokter pun, ia memang sudah minum susu khusus tulang. “Terima kasih, dokter.”

“Sama-sama, kalau begitu saya permisi dulu...”

Seusai semua orang keluar dari kamar mereka. Pasangan itu duduk diatas kasur. Gus Amir memberikan segelas susu untuk tulang kepada istrinya.

“Terima kasih, Mas!”

“Untuk?”

“Seeeeemuaanyaa...terima kasih sudah membuktikan kalau Mas benar-benar tulus mencintai adek!”

Usai meletakkan gelas dinakas, Gus Amir   mengecup kening sang istri. “Sudah cukup makasih-makasih nya! Mas mau ngomong dengan adek,”

“Apa?”

“Lusa Umi ingin mengadakan tahtiman Qur‘an untuk anak kita, adek setuju atau tidak?” tanya Gus Amir dengan lembut.

AMILA [Season 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang