12. Wejangan dari Jombang

1.7K 173 2
                                    

بسم اللّٰه الرحمن الرحيم

12. Wejangan dari Jombang

“Jihad yang paling utama adalah seseorang yang berjihad (berjuang) melawan dirinya sendiri.”

[HR. Ibnu An-nazar]

****
Menjalani bahtera rumah tangga tak selamanya berjalan mulus tanpa cobaan dari sang Kuasa. Cobaan-cobaan seperti itulah yang membuat dua insan itu menjadi semakin raket. Karena mereka akan berdiskusi mengerahkan pendapat dari pemikiran masing-masing agar mendapatkan solusi dari setiap permasalahan yang menerpa.

Seperti nasihat Gus Amir kepada istrinya, ujian hidup dalam berumah tangga tak selamanya tentang ekonomi. Tak selamanya tentang keuangan. Ada mereka yang diuji dengan mertua yang tidak baik. Banyak dari mereka yang diuji dari suami yang tidak baik. Bahkan ada pula dari mereka yang rumah tangganya sangat bahagia tetapi belum dikaruniai anak.

Allah Swt tidak pernah menjanjikan manusia terlepas dari masalah. Tapi Allah menjanjikan kepada manusia bahwa setiap permasalahan akan ada jalan keluarnya. Seseorang bisa saja dengan mudah dan lancar mendapatkan solusi itu, mungkin dengan beberapa syarat. Salah satunya adalah ikhtiar dan menaikkan ketaqwaan kepada Allah.

Terkadang, kita sebagai manusia selalu saja ingin menyerah ketika masalah tidak cepat selesai. Tapi, yang sebenarnya Allah merindukan kita untuk lebih dekat kepada-Nya. Selalu saja kalimat-kalimat itu yang Ning Mila dengar dari mulut suaminya.

“Terkadang, Adek inscure sama Mas,” kata Ning Mila ketika perjalanan menuju jombang pukul delapan pagi tadi. “Mas punya segalanya, Mas itu sempurna, Mas itu ganteng, Mas itu sholih, Mas seorang hafidz quran, qori’ internasional, serta vokalis. Sedangkan adek? Perempuan fakir ilmu yang tertawan dosanya,” wanita itu terkekeh garing.

Tidak ada hari tanpa insecure terhadap suami sendiri. Begitulah cetusan kalimat dari Gus Amir ketika mendengar istrinya yang mulai tidak pede dengan dirinya sendiri.

Sehingga Gus Amir mengatakan sesuatu yang membuat semangat istrinya kembali normal. “Kata adek, adek itu perempuan fakir ilmu yang tertawan dosanya, maka Mas yang akan memberikan ilmu-ilmu untuk adek.”

Semenjak Gus Amir membalas perkataan nya. Wanita itu terus saja terdiam hingga sampai di PonPes Jombang.

Keduanya duduk terpisah, tertutup papan ukir yang menjadi pembatas. Ning Mila duduk disamping Nyai sepuh sedangkan Gus Amir duduk bersama para habib-habib di bagian ikhwan. Mereka sampai di Jombang sekitar pukul dua siang.

“Ning Mila ini istri Gus Amir, beliau menantu kedua Almarhum Kyai Ammar serta Ustadzah Aisyah.” tutur Ustadzah Puput. Istri dari Kyai besar di Pondok ini. Beliau duduk disamping Bu Nyai yang merupakan mertuanya.

Ning Mila tersenyum tipis dibalik cadarnya. Ternyata begini rasanya ikut ke lokasi suaminya. Menyenangkan sekaligus menyebalkan.

“Ning Mila ini usia pernikahannya hampir enam...atau empat..?”

“Hampir enam bulan, Ustadzah!”  Ning Mila membalas.

Ustadzah puput mengangguk dan kembali menghadap ibu mertuanya. “Beliau disini menemani Gus Amir untuk tampil di acara kita, Umi.” terangnya kepada Bu Nyai.

AMILA [Season 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang