10. Keutamaan Ilmu

1.9K 181 4
                                    

بسم اللّٰه الرحمن الرحيم

10. Keutamaan Ilmu

Tuntutlah Ilmu, karena ilmu merupakan perhiasan bagi pemilik, keunggulan, dan pertanda segala pujian.”

***
“Masak apa, sih, Mil, malam-malam begini?” Ning Almira yang hendak membuatkan susu formula untuk putrinya didapur menghampiri adik ipar yang tengah menumis bumbu-bumbu di wajan.

“Eh, Kak, bikin kaget aja!”

“Hehehe...fokus banget wajahmu kalau masak? Buat apa memang? Tadikan sudah makan malam?”

“Bikin capcay, Mas Amir lagi pengen katanya.” Ning Mila melirik jam yanh tertempel di dapur. Pukul sembilan malam.

“Tumben? Nyidam dia? Kamu hamil, nih, jangan-jangan?!” cecar Ning Almira.

“Belum, kak! Mungkin lagi kepengin aja,”

“Perlu kakak bantu?” tawar Ning Almira. Ia melihat Ning Mila baru saja menuang sayuran.

“Tidak perlu, kak. Ini sudah selesai, kok.”

Ning Almira mengangguk. Dia juga mode malas saat ini. “Tak ke atas dulu, ya?”

“Iya.”

Beberapa saat, Ning Mila menyajikan capcay yang sudah matang ke piring. Ia membawa teh hangat untuk suaminya juga.

“Assalamu‘alaikum, Mas...” Ning Mila menghampiri suaminya yang duduk sambil memegang kitab.

Melihat istrinya sudah datang, Gus Amir meletakkan kitab jurumiyah diatas meja. “Wa‘alaikumussalam, waahhhh....terlihat menggiurkan!”

“Kok cuma satu mangkuk, dek?”

Ning Mila bersiap menyuapi suaminya pun terhenti. “Adek masih kenyang, Mas. Tadi makan banyak, ayo aaa.....” wanita itu menyuruh suaminya membuka mulut.

“Bismillah,” gumam Gus Amir lalu menerima suapan sang istri.

“Istri Mas jago masak!”

Mendengar pujian itu Ning Mila hanya tersenyum. “Ini pertama kali adek buat, loh, Mas? Enak?” tanya Ning Mila.

“Banget,” Gus Amir mengambil tangan Ning Mila. “Kalau kata orang jawa tangane sedep!

“Masa gitu?”

Gus Amir mengangguk. “Iya, kalau Umi nyobain ini pasti ketagihan.”

“Tadi ketemu kak Al dibawah, dikiranya Mas sedang nyidam.” ujar Ning Mila.

“Kalau beneran nyidam bagaimana?” tanya Gus Amir jahil.

“Ihh...mana ada!” Ning Mila mencubit lengan suaminya. “Baru satu bulan, loh, nikahnya!”

Gus Amir tertawa pelan.

“Ayo Abang....eh, Mas!” Ning Mila keceplosan lagi.

“Ini manggilnya apa, sih, dek? Yang benar dong!” gemas Gus Amir.

AMILA [Season 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang