BAB 1

14.4K 512 6
                                    

Suara bising terdengar di sepanjang lorong didekat kelas XI MIPA 2. Para guru yang sedang mengadakan rapat menjadi kesempatan untuk siswa siswi dikelas XI MIPA 2 menjalankan aksinya. Seperti sekolompok pemuda yang tengah berdiri didepan dengan berbagai alat kebersihan ditangan mereka.

"MANA SUARANYA." Seorang pria dengan kemoceng ditangannya berlagak seperti seorang penyanyi yang sedang menyapa fansnya. Alvrey, pemuda itu merengut kesal karena teman-temannya bahkan tak merespon ucapannya.

"Sabar ya Al, mereka kan pada budeg," ucap pemuda disemping Alvrey, sembari membawa sapu, berlagak seperti seorang gitaris.  Alvrey menoleh kearah Lian yang tengah menatapnya dengan tatapan mengejek.

"Sialan lo," ucap Alvrey kesal.

"Ya lagian, lo gak liat mereka pada sibuk? Mana mau mereka ngeladenin kegabutan lo." Seorang pria menyahut dari belakang Alvrey. Dandelion menatap kesal pada Alvrey yang memaksanya ikut melaksanakan ide gilanya.

"Yaelah sombong amat lo pada, film kek gitu aja sampek nyuekin pangeran kek gue," ucap Alvrey kembali dengan pdnya. Semua mata yang tadinya fokus kearah hp yang dipakai untuk menonotn film yang Alvrey maksud menoleh padanya.

"PD gila lo ya, muka kek jalan kurang diaspal aje blagu," ucap seorang perempuan sambil melotot kearah Alvrey. Kejora, gadis itu tak terima Alvrey mengatakan bahwa film yang mereka tonton bahkan tak semenarik wajahnya.

"Daripada lo ribut disini, ganggu gue nonton. mending lo pergi aja deh. Bolos kemana gitu, ganggu amat tau gak," ucap Kejora lagi dengan nada mengusir. Alvrey mendengus, kenapa ia malah diusir? 

"Emang ni kelas punya lo?" sahut Alvrey tak mau kalah.

"Kalo iya? udah pergi lo," sahut Kejora kembali mengusir Alvrey. Alvrey kembali mendengus, namun ia tetap melangkahkan kakinya keluar, melempar kemoceng yang ia bawa tepat kearah Kejora. Lalu berlari keluar menghindari kemarahan Kejora.

"ALVREY ANJING LO YA."

***********

"Al, gue cariin kemana-mana taunya lo disini," suara dari belakangnya berhasil mengalihkan perhatian Alvrey. Dande dan Lian ternyata mengikutinya kekantin.

"Tumben makan lo?" pertanyaan Dande sontak membuat Alvrey menatap tajam kearahnya. enak saja, apa dia pikir dirinya robot tak perlu makan?

"Bacot lu, mending lo pesen sana yang lo mau." Mata kedua pemuda yang kini sudah duduk didepan  Alvrey berbinar.  Sedangkan Alvrey hanya memutar kedua bola matanya malas, terlampau hapal dengan sikap kedua remaja yang telah menjadi sahabatnya selama beberapa tahun ini.

"Widih, emang terbaik deh lu Al. Gak salah gue pilih sahabat," ucap Dande lalu berlalu pergi, memesan apapun yang ia inginkan sesuai keinginan Alvrey tadi. Lian mengekori dibelakang. Tujuan mereka adalah bakso Bu Hanna. Tak perlu antre karena ini memang masih jam pelajaran.

Tak lama kedua pemuda itu kembali menemui Alvrey yang terlihat sedang melamun. Lian dan Dande saling pandang, ada apa lagi dengan anak ini? Pikir mereka. Pasalnya anak itu memang sering melamun akhir-akhir ini.

"Ngelamun mulu, kesambet tau rasa lo," Lian berucap sarkas, membuat Alvrey tersentak san menatap tajam kerahnya. Yang ditatap malah balas menatap tajam Alvrey. 

"Kalo gue mati lo mau tanggung jawab?" Alvrey bertanya dengan kesal, sambil terus menatap tajam Lian.

"Gue kuburin, repot amat lo," ucap Lian santai. Alvrey semakin kesal dibuatnya, sedangkan Dande hanya menggelengkan kepalanya. Melanjutkan kegiatan menyantap baksonya.

********

Alvrey melangkahkan kakinya memasuki rumahnya. Rumah berlantai dua itu telah lama kehilangan kehangatannya. Hidup bagai seorang diri membuat Alvrey terkadang lupa, ia masih mempunyai sosok ayah dan sosok kakak dalam hidupnya. Kepergian sang bunda telah menjungkir balikkan dunianya. Sekarang dunianya seakan gelap, dan hanya sepi yang menemaninya.

"Alvrey pulang," lirih Alvrey. Ia tau tak akan ada yang menyahuti salamnya kecuali Bi Rana, sang ART dirumahnya. Namun berbeda dari apa yang Alvrey pikirkan suara bass seseorang menyahuti salamnya.

"Baru pulang kamu?" Pertanyaan itu mengalihkan atensi Alvrey. Legara sang ayah, sosok yang selama ini hanya akan pulang sesekali karena urusan pekerjaan, sosok itu kini ada dihadapannya. Sosok yang teramat ia rindukan, sosok pahlawan dihidupnya.

"Ayah kapan pulang?" Alvrey melontarkan pertanyaan, tanpa ia sadari pertanyaan yang sang ayah lontarkan lebih awal tak ia jawab, dan Legara membenci hal itu.

"Jawab pertanyaan Ayah terbih dahulu Alvrey Narendraaksa, dan apa yang kau lakukan pulang larut malam? Apa kau merasa bebas karena ayah tak dirumah?" Banyak pertanyaan terlontar dari bibir sang ayah. Alvrey bingung apa yang harus ia katakan pada sang ayah. Mengatakan yang sebenarnya? Alvrey tak segila itu untuk memasukkan dirinya sendiri dalam bahaya.

"Hehe maaf yah, abis Alvrey seneng banget ayah pulang. Iya yah Alvrey baru pulang, Alvrey tadi kerumah Dande yah buat kerja kelompok. Gak aneh-aneh kok," ucap Alvrey  dengan sedikit bumbu kebohongan didalamnya. Ia memang bersana Dande dan juga Lian, namun bukan untuk belajar. Mereka bersenang-senang.

"Kapan ayah mengajarimu untuk berbohong? Kau pikir ayah tak tau apa yang kau lakukan tadi. Kerja kelompok? omong kosong macam apa itu Alvrey. Bukankah yang kau lakukan hanya bersenang-senang?" Alvrey meringis mendengar suara dingin ayahnya. Namun yang semakin membuatnya heran, darimana sang ayah tau?

"Alvrey cuman pergi kepantai yah dan ini masih sore, lagian Alvrey gak macem-macem kenapa ayah berlebihan?" Alvrey berucap kesal.

"Berlebihan? Jika kau hanya bersenang-senang seperti itu, akan jadi apa dirimu nanti nanti Alvrey? Tak bisakah kau membanggakan ayah seperti kakakmu? Dia selalu menuruti apa  yang ayah mau." Legara mengatakan hal ini lagi, dan sungguh Alvrey membenci hal itu. Alvrey cukup sadar diri, ia tak sehebat Regan sang kakak. Namun tetap saja, ia benci jika dibandingkan dengan sang kakak.

"Alvrey bukan kak Regan yah, dan sampai kapanpun Alvrey gak akan jadi kak Regan. Udah ya yah introgasinya. Alvrey mau mandi, lengket." Alvrey berucap lirih meninggalkan sang ayah yang tengah menggeleng jengah terhadap kelakuannya.

****************

Hai, ini pertama kali aku buat cerita. Jadi maaf ya kalau berantakan

Maaf juga kalau bahasanya berantakan

Jangan lupa tinggalin jejak ya?

Sampai jumpa chap selanjutnya.....

A L V R E YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang