BAB 8

3.6K 279 1
                                    

Sejak dua hari yang lalu, sang ayah dengan seenaknya membawa orang asing kerumah mereka, Regan, pemuda itu belum menginjakkan kakinya dirumahnya. Dan dalam dua hari ini, Alvrey sang adik selalu saja menelepon dan mengiriminya pesan, namun Regan abaikan.

Namun entah mengapa sekarang, Regan memutuskan untuk pulang. Hatinya menyuruhnya untuk pulang, entahlah Regan juga tak mengerti. Dan disinilah Regan berada sekarang. Kamar sang ayah, Legara mengatakan padanya ada hal prnting yang harus dikatakan.

"Kamu harus ngerti Regan, ayah hanya melakukan permintaan bundamu. Menikah lagi bukanlah keputusan ayah, namun ayah sudah berjanji pada bundamu untuk menikah lagi. Mencarikan sosok ibu untuk kalian," Legara berucap sembari, menyodorkan sebuah kertas pada Regan.

"Ini apa yah?" tanya Regan penasaran, dan apa maksud sang ayah dengan keinginan sang bunda tadi? 

Legara duduk dipinggir kasurnya lalu tersenyum menatap Regan yang masih menatap penasaran pada kertas yang ia berikan.

"Kamu baca aja, itu dari bunda."

Mendengar ucapan sang ayah Regan segera membukanya dengan cepat, pemuda itu juga ikut mendudukan dirinya di samping Legara. Kata demi kata yang tertulis disurat itu telah Regan baca seiring dengn air matanya yang perlahan turun.

"Yah," Regan menatap Legara yang kini tersenyum lembut kearahnya. Regan mengetahui satu fakta baru sekarang, ayahnya menikah lagi, itu adalah keinginan sang bunda kepada sang ayah. Bundanya berpikr itu demi kebaikan dia dan Alvrey.

Legara membawa sang anak kedalam kedalam dekapannya. Dan Regan yang didekap hanya bisa menangis mengatakan maaf pada sang ayah. Selama ini ia telah salah, sang ayah tak pernah berhenti mencintai sang bunda. Justru sang ayah sangat mencintai sang bunda. 

***************

"Kak." Regan menoleh saat indra pendengarannya menangkap bahwa seseorang tengah memangngilnya. Tatapan yang tadi heran berganti tajam tatkala mendapati bahwa sang adiklah yang telah memanggilnya.

"Lo kemana aja? Gue bingung cari lo kak," ucap Alvrey, pemuda itu melangkahkan kakinya untuk lebih dekat dengan sang kakak. Namun Regan menghindar, pemuda itu berdecih pelan lau pergi meninggalkan Alvrey yang tengah menatapnya dengan tatapan sendu. 

"Lo kenapa kak?" Alvrey berguman sembari menatap kepergian sang kakak. Pemuda itu kemudian melangkahkan kakinya menaiki tangga, sungguh tubuhnya lelah. Dua hari terakhir ia tak bisa tidur dengan tenang karena memikirkan sang kakak. 

"Shh," sesekali pemuda itu menghentikan langkahnya tetkala pusing menyerang kepalanya. Alvrey merasa ada yang aneh dengan dirinya, kepalanya kerap kali pusing dan kadang diikuti dengan mimisan. Alvrey mulai berpikir, apa tubuhnya terlalu lelah? Entahlah yang jelas Alvrey ingin mengintirahatkan tubuhnya sekarang. 

Pemuda itu kemudian melanjutkan langkahnya. Dan sampai pada anak tangga terakhir, pemuda itu berhenti. Alvrey kemudian berlari menuju kamarnya yang hanya beberapa langkah dari anak tangga. Pemuda itu menutupi hidungnnya guna mencegah cairan merah itu mengotori lantai.

Sampai di kamarnya, Alvrey melempar asal tasnya lalu dengan segera menuju kekamar mandi untuk membersihkan darah yang menetes dari hidungnya.  Alvrey mengerang pelan. Ia benci keadaannya saat seperti ini. Sangat lemah menurutnya.

***************

Raxena menatap heran pada kekasihnya. Bahkah setelah mengetahui fakta ini, pemuda itu masih saja menyalahkan sang adik. 

"Terus kenapa lo masih aja nyalahin Alvrey? Bukannya lo bilang kalau Tante Lana sendiri yang nyuruh ayah lo nikah lagi karena Tante Lana tau dia bakal pergi. Itu yang tadi lo bilang ke gue kan?"Regan mengangguk membenarkan ucapan sang kekasih. Raxena semakin heran dibuatnya. 

"Tapi bunda gak akan pergi secepat ini kalau aja bukan karena Alvrey dan ayah gak akan nikah lagi."

"Duh otak lo kemana si Re? Perasaan lo pinter deh," ucap Raxena geram. Ingin rasanya gadis itu mengacak-acak rambut Regan sekarang. Sungguh sulit menebak apa yang dipikirkan Regan. 

"Lo kenapa sih Na, gue cerita sama lo harusnya lo ikut seneng. Kenapa lo malah kesel gini sih." 

Mendengar ucapan Regan membuat Raxena semakin kesal. "Udahlah Re, terserah lo aja. Percuma gue jelasin juga," ucap gadis itu kesal.

"Terus sekarang lo gimana? Lo bisa nerima orang lain sebagai ibu lo. Dan yang lo bilang bakal jadi adik lo?" Raxena bertanya kembali kepada Regan. Ia benar-benar penasaran apa jawaban Regan tentang itu.

"Ntah lah, yang jelas gak akan ada orang yang bisa gantiin posisi bunda dihati gue. Kalau pun gue bisa nerima, gue yakin itu gak akan dalam waktu cepet. Dan untuk Mars, gue sebarnya agak kasian sih sama tu bocah. Kata ayah kakaknya gak mau  nemuin dia lagi karena udah punya keluarga. Jadi ayah minta gue buat jaga dia."

Raxena tersenyum miris. "Alvrey juga sama Re, lo gak mikirin tetang dia sedikutpun."

**************

Alvrey membuka matanya, kamarnya gelap. Pemuda itu mulai mengerutkan kening, jam menunjukkan pukul 22.00, itu artinya ia tertidur cukup lama. Dan sekarang pemuda itu merasa lapar, karena memang dari tadi pagi belum sesuap nasipun masuk kedalam perutnya.

"Anjing, ini kenapa gak ada yang bangunin gue sih. Lupa kali ya gue juga tinggal dirumah ini," ucap pemuda itu lagi bangkit dari tempat tidur. Alvrey berniat untuk pergi kedapur, perutnya benar-benar lapar.

Pemuda itu berjalan gontai menuju dapur, sesekali ia meregangkan tubuhnya yang terasa pegal. Setelah rasanya tubuhnya sedikkit lebih baik pemuda itu mulai melangkahkan kakinya dengan cepat. Karena rasa laparnya semakin menjadi, sepertinya cacing dalam perutnya sedang berdemo sekarang.

Alvrey menghentikan langkahnya, pemuda itu mengerutkan keninngnya. "Lah ini ngapa lampu nya hidup dah. Siapa sih yang didapur malem-malem," ucap Alvrey sembari melanjutkan langkahnya. 

Pemuda itu melihat Regan disana. Dengan senyum mengembang Alvrey melangkahkan kakinya menuju sang kakak yang tengah merebus mie. 

"Kak, buatin gue satu dong."

Regan tersentak dengan suara disebelahnya, setelah tau siapa pelaku yang sudah membuatnya tersentak Regan hanya berdeham. Tak ada salahnya untuk membuatkan Alvrey juga kan?

Sedangkan Alvrey semakin mengembangkan senyumnya, sepertinya Alvrey akan berterimakasih kepada semua orang dirumah ini karena sudah tak membangunkannya tadi. Karena jika itu terjadi, ia tak akan bisa makan berdua bersama sang kakak seperti sekarang.

*************

yuhuuuuu

aku back lagiiii

jangan lupa tinggalin jejak

- 27 Januari

A L V R E YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang