BAB 16

3.7K 260 9
                                    

"Gue cuman pengen orang ngenang gue sebagai orang yang baik sebelum gue pergi"

-Alvrey

Setelah kemarin Regan menangis dengan sang adik, hubungan keduanya menjadi jauh lebih dekat. Bahkan sifat posesif Regan pada Alvrey melebihi posesifnya kepada Raxena sang kekasih. 

"Gue bilang gak Al, kondisi lo baru aja pulih," ucap Regan sembari mendengus, karena sedari tadi Alvrey selalu merengek memintanya untuk membatu sang adik membujuk sang ayah agar ia diijinkan kesekolah.

"Kak gue udah gapapa, kesekolah gak bakal bikin keadaan gue drop." Alvrey tak mau kalah. Ia merasa bosan dirumah seharian ini, itu sebabnya Alvrey ingin membujuk sang ayah agar mengijinkannya sekolah esok.

"Gue bilang enggak ya enggak. Jangan batu Al," ucap Regan dengan nada yang sedikit meninggi. Tidak, ia tak sengaja membentak sang adik, bukan begitu maksudnya. Sedangkan Alvrey hanya menunduk mendengar bentakan Regan. 

"Dek, maaf gue gak sengaja," ucap Regan lirih. Ia berjalan mendekati sang adik yang kini tengah duduk diatas kasurnya seraya menunduk memainkan jarinya. Pemuda itu lalu mengelus pelan rambut sang adik, membuat Alvrey akhirnya mendongak.

"Kak, gue cuman mau ngukir prestasi kak. Gue cuman mau bikin ayah sama lo bangga, gue malu sama kak Mars. Dia udah berhasil buat ayah bangga, sedangkan gue anak kandungnya sendiri cuman bisa buat dia susah," ucap Alvrey lirih. Hal itu membuat Regan tertegun.

"Dek,"

"Gue cuman pengen orang ngenang gue sebagai orang yang baik sebelum gue pergi," lirihnya lagi. 

"Jangan ngomong tentang pergi Al, gue gak suka. Jangan berani buat ngomong kalau lo bakal ninggalin gue, karena gue gak bakal ngebiarin lo pergi. Lo akan selalu ada disamping gue Al, selamanya sampai gue sama lo punya anak nanti," ucap Regan.

"Gue ragu kak, gue takut."

*************

Alvrey kini tengah menikmati makam malamnya, sembari sesekali melirik sang ayah yang juga balik menatap kearahnya. Niatnya adalah hari ini membujuk sang ayah agar dia diijinkan untuk sekolah besok.

Namun sampai makan malam selesaipun Alvrey belum juga bersuara, tatapan tajam sang ayah merupakan salah satu alasan dia mengurungkan niatnya. Alvrey takut sang ayah akan marah lagi padanya, karena entah mengapa akhir-akhir ini sang ayah menjadi sensitif bila menyangkut dirinya.

Alvrey melangkahkan kakinya mengikuti sang ayah sembari menunduk, hingga pemuda itu tak sadar sang ayah berhenti dan ia tak sengaja menabrak punggung sang ayah. Peristiwa itu tak luput dari kedua pemuda yang mengikuti berjalan dibelakang Alvrey tadi.

"Kenapa Al? Dari tadi kamu ngelirik ayah, ada yang mau diomongin hm?" ucap Legara lembut. Alvrey mengangguk lalu menggeleng membuat Legara terheran sendiri. Jadi maksud anaknya ini ya atau tidak?

Legara kembali melangkahkan kakinya menuju sofa ruang tamu, lalu mengisyaratkan Alvrey untuk mendekat kearahnya. Alvrey melangkahkan kakinya sembari menghela napas, padahal tadi sebelum makan malam ia sudah menyusun sebuah kalimat rayuan. Namun kenapa tiba-tiba kalimat itu menghilang dari pikirannya?

"Yah, Alvrey mau sekolah besok." Alvrey segera mengucapkan keinginannya saat pemuda itu sudah mendudukkan dirinya disamping sang ayah. Terdengar helaan napas dari sampingnya, ya sedari tadi Alvrey menunduk tak berani menatap langsung pada manik mata sang ayah.

A L V R E YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang