BAB 5

4.3K 280 2
                                    

Kondisi dalam rumah Alvrey kini benar-benar tegang dan canggung, setelah pertengkaran antara Regan dan Legara tadi yang membuat Legara naik pitam. Regan telah menolak mentah-mentah jika sang ayah menikah lagi, namun disisi lain Legara mengatakan bahwa ia akan tetap menikahi Arael, calon ibu tirinya.

"Yah," lirih Alvrey. Jujur ia sebenarnya sependapat dengan sang kakak. Namun ia tak mungkin membuat ayahnya semakin marah, ia juga sudah cukup membuat sang ayah kesal dengan dirinya yang bahkan belum bisa membuat Legara marah.

"Kenapa?" Legara menyahuti dengan suara datar. Alvrey menelan ludahnya mendengar suara datar Legara. Kemudian dengan ragu ia bertanya.

"Ayah, tante Arael jadi kesini? Kata ayah tante Arael juga punya anak seumuran Alvrey kan?"

Legara menoleh dengan ekspresi kaget kearah sang anak. Dia benar-benar tak berharap Alvrey akan menerima Arael, ia berpikir bahwa Alvrey juga akan sependapat dengan Regan. Namun sepertinya ia terlalu cepat menyimpulkan.

"Kamu setuju kalo ayah nikah sama tante Arael?" Alvrey menoleh pada sang ayah setelah pertanyaan itu terlontarkan. Kemudian Alvrey menggeleng pelan.

"Alvrey gak setuju yah," Legara menoleh dengan tatapan heran kearah Alvrey, melihat tatapan heran sang ayah Alvrey melanjutkan. "Tapi bagaimanapun keputusan ayah buat nikah sama tante Arael udah bulat kan? Kalau itu bisa buat kembali kayak dulu, Alvrey bakal setuju yah."

Setelah mengatakan itu Alvrey meninggalkan Legara sendirian. Meninggalkan Legara dengan harapan bahwa sang ayah akan mengubah keputusannya. Langkah kakinya Alvrey bawa kedepan kamar sang kakak.

Tok tok tok

Ketukan pelan terdengar dari luar kamarnya, membuat Regan yang sedari tadi menangis dalam diam langsung menghapus air matanya dengan kasar. Dengan sedikit tergesa-gesa Regan melangkahkan kakinya kearah pintu kamarnya.

"Kak gue mau ngomong."

Wajah sang adik adalah hal yang dia lihat setelah membuka pintu. "Mau ngomong apa lo, kalo lo mau ngebujuk gue buat setuju sama pernikahan ayah, mending lo pergi. Gue gak bakal pernah setuju."

"Kak, dengerin dulu. Please, biarin gue masuk." melihat tatapan memelas adiknya, Regan akhirnya membiarkan sang adik masuk. Alvrey kemudian tersenyum tipis, saat sang kakak membiarkannya masuk.

Alvrey mendudukkan dirinya dipinggir kasur sang kakak, membiarkan sang kakak yang kembali mengunci pintu kamarnya. 

"Kak, kalau gue minta lo jangan egois bisa gak?" Alvrey langsung memilih berbicara pada intinya, ia tak berharap banyak dengan respons sang kakak. Namun setidaknya ia sudah berusaha meyakinkan sang kakak, walau ia tau hatinya juga tak akan menerima itu. 

Bugh

Pikiran Alvrey benar, sang kakak melayangkan pukulan padanya. Tatapan Regan benar-benar tajam, tangannya terkepal erat. Setitik air mata mengalir dipipinya.

"Egois lo bilang? Lo tau Al, dengan lo maksa gue kek gini lo bahkan lebih egois. Lo egois Al. Gak ada satupun yang ngerti sama gue, gak ada satupun yang mau ngertiin perasaan gue. Lo tau Al? Gue hancur Al, gue benci semuanya. Gue benci keputusan ayah, gue benci sama lo yang malah maksa gue buat ikut setuju."  Regan berucap marah.

"Gue tau gue egois kak, tapi gue gak punya pilihan. Yang hancur bukan cuman lo kak, gue juga hancur kak. Gue juga gak punya sandaran, kita sama kak. Gue juga benci keputusan ayah, tapi gue juga mau ayah kembali kayak dulu. Gue mau ayah sering dirumah kak," Alvrey berusaha memberi pengertian pada Regan. Namun sepertinya Regan benar-benar tak akan mengubah keputusannya.

"Gue gak peduli Al, lo bilang lo juga hancurkan? Lo bilang mau ayah balik kayak dulu kan? Lo pikir yang buat ayah berubah siapa Al? Lo Al, gara-gara lo ayah berubah, gara-gara lo gue udah gak punya tempat cerita. Gara-gara lo bunda pergi Al. SEMUA KARENA LO BANGSAT," Regan berteriak diakhir kalimatnya.

Alvrey menoleh kearah Regan, air mata sudah mengalir sedari tadi dari mata coklatnya. Kenapa bisa karenanya? Kenapa bunda pergi karenanya? Bukankah penyakit sialan itu yang merebut sang bunda dari mereka? Lalu mengapa Alvrey yang disalahkan? Apa karena ia yang berada disamping bunda disaat terakhir bunda?

"Bahkan gue juga kadang berpikir kak, kenapa harus bunda yang pergi? Kenapa malaikat kayak bunda harus pergi duluan. Bahkan kadang gue mikir, kenapa bukan gue aja yang tuhan ambil. Kenapa bukan gue aja yang tuhan kasik penyakit sialan itu, kenapa bunda?" Semua hal yang Alvrey selalu tanyakan pada dirinya sendiri ia limpahkan pada sang kakak.

"Ya, kenapa bukan lo aja? Lo gak guna Al." Regan berkata dengan kekehan miris diakhir katanya. Pemuda itu berjalan kearah pintu, membuka kuncinya lalu menoleh kembali kearah Alvrey.

"Keluar!" dengan nada mengusir Regan menyuruh Alvrey keluar dari kamarnya, Alvrey berjalan pelan kearah pintu. Air mata masih mengalir kepipinya. Ia pikir sang kakak akan mengerti, ia pikir setidaknya dalam hal ini ia akan memiliki sandaran. Namun nyatanya dia salah.

"Dan satu lagi, jangan harap gue bakalan setuju sama keputusan sang ayah." Regan menutup pintu dengan kencang, mengabaikan Alvrey yang kaget akibat perbuatannya.

************

Hari ini sebuah kabar dari sang ayah kembali membuat Alvrey tak habis pikir. Sepertinya sang ayah benar-benar tak memikirkan perasaan kakaknya. Karena kini sang ayah memajukan tanggal pernikahannya dengan Arael, tanggal yang seharusnya sebulan lagi menjadi dua minggu lagi.

"Ayah yakin? Bukannya ini terlalu cepat ya? Alvrey dan kak Regan bahkan belum tau siapa tante Arael. Setidaknya pikirin kak Regan yah." Legara menggeleng mendengar perkataan sang anak, keputusannya sudah benar-benar bulat. Dan untuk urusan Regan, Legara rasa seiring berjalannya waktu dia akan mengerti.

"Ayah yakin sama keputusan ayah, untuk Regan kamu tenang aja, ayah yakin dia bakal ngerti. Lebih baik sekarang kamu berangkat sekolah, ayah gak mau kamu telat." dan kembali perkataan sang ayah membuat Alvrey kecewa. Bagaimana sang ayah bisa berpikir bahwa sang kakak akan mengerti dengan mudah?

Namun walaupun begitu, Alvrey tetap pergi kesekolahnya. Setidaknya dengan bertemu dengan kedua sahabatnya,dia akan melupakan semua masalahnya dirumah.

************

haiii

ketemu lagi sama Alvrey

gimana part yang ini? ngebosenin ya?

jangan lupa tinggalin jejak

-10 Januari

A L V R E YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang