Sejak Alvrey divonis hari itu, pemuda itu berubah. Tak ada lagi senyum yang ia tampilkan, bahkan kepada semua keluarganya Alvrey bersikap seperti orang asing. Bukan, sebenarnya Alvrey tidak berubah, namun ia merasa bahwa ia adalah pecundang. Pecundang yang bahkan takut untuk percaya bahwa keluarganya benar-benar peduli padanya bukan kasihan.
"Al, jangan ngelamun mulu. Kamu mikiran apa hm?" Suara itu membuat Alvrey tersadar dari lamunannya. Kini ia dapat melihat Legara, Arael, Mars dan Regan yang berada dikamarnya. Sejak tadi malam, mereka belum juga ada yang meninggalkannya, bahkan Mars dan Regan mengabaikan pendidikan mereka.
"Kalian pergi saja, saya tidak papa," ucap Alvrey dingin lalu kembali mengalihkan pandangannya. Semua orang dalam ruangan itu menghela napas, lebih dari lima kali hari ini Alvrey menyuruh mereka untuk pergi.
"Jangan kayak gini Al," Mars berucap lirih namun ada rasa kesal dalam nada bicaranya itu. Alvrey terkekeh, tak berniat menjawab Mars.
"Alvrey bakalan ketemu bunda kan?" Suara lirih Alvrey akhirnya memecahkan keheningan yang terjadi dalam beberapa detik. Semua orang dalam ruangan itu sontak menatap tajam kearahnya, tak terkecuali Mars.
"Al dengerin ayah, kamu gak boleh pesimis kayak gini. Kamu bakalan sembuh, ayah bakal lakuin apapun untuk kamu. Jadi tetap berjuang nak, demi ayah demi kakak kamu, demi bunda Arael dan semua yang sayang sama kamu," ucap Legara sembari mengulurkan tangannya untuk mengusap rambut sang anak.
"Jangan, ayah gak perlu ngelakuin itu. Selama ini Al udah banyak nyusahin ayah. Jadi sekarang gapapa, ayah gak perlu berkorban demi Al. Toh, berobat atau gak Al pasti bakal mati."
Legara menggeleng, pria itu akhirnya membawa sang anak dalam dekapannya, "Jangan nyerah gitu aja dek, jangan tinggalin ayah. Ayah mohon, ayah akan lakuin apapun asal kamu sembuh."
Hari itu, semua orang yang pernah abai kini peduli kembali. Alvrey yang berusaha untuk menghindar, mencoba percaya kembali. Dalam hati mereka berdoa, agar keajaiban datang pada mereka.
************
"Gak boleh Al, kamu baru aja mendingan. Kamu denger kata dokter kan? Kamu gak boleh terlalu capek, jadi ayah gak akan bolehin kamu pulang apalagi sekolah. Kalau perlu kamu homeschooling aja." Alvrey mendelik mendengar ucapan sang ayah.
"Gak, Alvrey gak mau. Lagian Alvrey gak papa yah serius, Alvrey mau pulang. Lagian ayah gak capek gitu dari pagi disini, mendingan kita pulang tidur dirumah. Alvrey kangen kasur yah." Legara hanya menggeleng mendengar perkataan anaknya. Tak habis pikir dengan pikiran putra bungsunya ini.
"Ayah, pulang aja. Biar Regan yang jagain Alvrey, lagian kata Mars bentar lagi dia bakal kesini." Regan yang baru saja datang tak sengaja mendengar percakapan antara sang adik dan sang ayah ikut menimbrung.
"Tuh dengerin kak Regan. Ayah pulang aja, Alvrey juga ikut pulang."
Regan melototi sang adik, apa katanya, pulang? "Gak. Untuk hal itu gue gak setuju, lo gak boleh pulang dulu. Gue tau apa yang mau lo lakuin setelah dirumah."
Alvrey menghembuskan napas kesal, ada apa dengan dua orang ini. Kenapa sekarang mereka sangat posesif terhadapnya.
"Kalian kenapa jadi ngekang Alvrey gini sih, biasanya ja gak peduli. Lagian biaya rumah sakit mahal yah." Tanpa sadar Alvrey kembali mengungkit hal itu, hal yang kini menjadi sangat sensitif bagi dua pria dihadapannya.
Hening menyelimuti ruangan itu selama beberapa detik. Tak ada yang membalas perkataan Alvrey barusan. Ketiganya sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Regan dan Legara dengan penyesalannya dan Alvrey dengan kebingungannya.
"Hm, maksud Alvrey bukan gitu yah. Aduh gimana cara ngejelasinnya. Intinya Alvrey pasti bakalan ngehabisin banyak uang ayah, jadi pulang aja. Alvrey bener-bener gak bermaksud tadi, maaf yah." sadar akan apa yang salah, Alvrey segera meralat ucapannya.
Legara tersenyum lembut melihat anaknya menjadi salah tingkah. "Iya ayah pulang. Tapi kamu tetap disini, jangan pikirin soal biaya. Ayah bahkan sanggup beli satu galaksi kalau kamu mau," ucap Legara seraya mengelus rambut Alvrey.
"Jagain Alvrey Re, ayah pulang dulu," ucap sang ayah pada si sulung. Regan hanya mengangguk dalam hati merutuki ucapan sang ayah barusan. "Tanpa di suruh juga Regan jagain yah," gerutunya dalam hati.
Legara mengangguk lalu meninggalkan ruangan dengan Regan dan Alvrey yang senantiasa mengamati setiap langkah yang diambilnya. Setelah sang ayah benar-benar keluar dari ruangan Regan mengalihkan tatapannya pada Alvrey yang malah menatap sinis kearahnya.
"Lo juga mendingan pulang kak, bolos mulu gak baik. Kapan lulusnya lo kalau gitu." Regan meringis mendengar perkataan datar adiknya. Dengan langkah lebar Regan mendekati sang adik lalu menjitak kepala anak itu.
Alvrey hanya meringis. Pemuda itu ingin mengumpat namun ia urungkan saat melihat tatapan Regan. Tatapan tajam itu bahkan mengalahkan pisau yang baru diasah menurut Alvrey.
"Ngapain liat gue kayak gitu?" tanya Alvrey pada Regan. Regan tak menjawab pemuda itu malah mempertajam tatapannya. Alvrey yang takut akhirnya menunduk, memainkan tangannya guna menghilangkan rasa gugupnya.
Sret
Suara pintu yang terbuka membuat Alvrey bernapas lega. Setidaknya ia tak akan berdua dengan sang kakak dalam suasana canggung. "Kak Mars? Lo ngapain kesini? Bukannya besok lo harus sekolah?" Tanya Alvrey saat melihat bahwa Mars lah yang muncul dari balik pintu.
"Gue cuman mau kasih ini, sekarang juga gue pulang. Besok pulang sekolah gue kesini lagi," ucap Mars seraya mengulurkan tangannya menyerahkan kantung kresek pada Regan. Setelah Kantong kresek itu berpindah ketangan Regan Mars segera meninggalkan ruangan.
"Kak Mars kenapa lagi kak?" Tanya Alvrey yang bingung terhadap sikap Mars. Sepertinya kemarin pemuda itu baik-baik saja. Lalu kenapa sekrang pemuda itu kembali kaku?
"Diputusin," jawab Regan singkat. Yang mana jawaban itu langsung mengundang gelak tawa dari Alvrey. Apa katanya diputusin? Alvrey benar-benar tak bisa mempercayai itu. Sedangkan Regan menatap aneh pada Alvrey. Bukankah tadi Alvrey bertanya, lalu setelah ia menjawab mengapa anak ini malah ketawa?
****************
haiiiiii
seperti biasa, tolong tinggalin jejak
-12 Februari
KAMU SEDANG MEMBACA
A L V R E Y
Teen FictionAlvrey adalah Alvrey Ia tak bisa menjadi orang lain Dan orang lain tak akan bisa menjadi dirinya Ini cerita pertama ku. Jadi tolong maklumi jika banyak kesalahan dan juga adegan yang mungkin sedikit tak masuk akal atau sangat tak masuk akal. Cerita...