20. Lalisa

655 112 1
                                    

Entah kenapa gak mood ngetik:(

Lebih Mood liat senyuman kamu sih.

*ujarku pada Chaeng.

***

Sudah satu bulan sejak kejadian terakhir. Jisoo semakin pendiam, murung bahkan tidak mau masuk kuliah membuat orang tuanya semakin khawatir pasalnya dia Benar-benar terlihat hancur.

Dia lebih sering menatap jendela, bahkan saat Lisa berkunjung dia akan mengamuk, melemparkan barang-barang disekitarnya lalu menangis meraung-raung.

Sebagai ayah, Kim Woobin tentu saja merasa telah gagal menjadi orang tua. Putrinya hancur dan sepertinya...

Batinnya terguncang.

Tak ada cara lain, Jisoo sedang mengandung, dia tidak mau putrinya sakit karena tidak mau makan sedikitpun. Dia harus menemui Rosé. Iya, menemui Rosé.

*

Seseorang tengah berdiri diatas atap sebuah gedung, ia menutup matanya menikmati semilir angin yang membelai lembut wajahnya.

"Roseanne Park,"

Dia tidak berbalik, tapi dia sudah tahu siapa orang dibelakangnya. Tanpa repot-repot menatap lawan bicaranya dia berkata "ada yang bisa kubantu?"

Pria tadi bersandar ke tembok menatap Rosé yang tengah menatap mentari senja didepannya. "Kenapa kau memutuskan Jisoo?"

"Haruskah aku menjawab pertanyaanmu ini?"

"Aku tidak tahu apa maksudmu melakukan ini pada putriku, tapi yang terjadi adalah dia begitu patah hati dan patah semangat, apalagi... Dia sedang hamil... Dan kau meninggalkannya?"

Rosé berbalik menatap tajam pria bermarga Kim itu tepat kearah matanya "harusnya putrimu yang bercermin Tuan, dia sudah bermain dengan orang lain dan masih mau mempertahankan hubungannya denganku?"

"Tapi dia diperkosa, sama sekali dia tidak ada niatan untuk melakukan itu."

"Aku tidak peduli."

"Ayolah Rosé, aku tau masih ada rasa sayang sedikit dihatimu untuk putriku, jika kau tidak bisa menerima putriku... Anggap saja ini demi kemanusiaan."

Rosé mulai tergelak "Kau ini lucu sekali...  Kau mau aku mengakui anak orang lain demi kemanusiaan? Sedangkan kau sendiri meninggalkan anakmu tanpa rasa manusiawi." ujarnya dengan nada tajam.

Pria itu mematung, bergeming dengan ucapan Rosé. Dia menatap mata Rosé lekat, mencoba mengenali wajah itu, hidung itu, mata itu... Itu...

"Kau..."

Rosé berjalan mendekat "bagaimana? Hidupmu menderita? Putri kesayanganmu hamil dan ayahnya bukan orang yang dia cintai. Dan sekarang mentalnya terganggu."

"Roseanne... Kau..."

"Berhentilah berbicara Kim, aku sudah muak mendengar suaramu."

"Kau anak Park Shinhye!?"

"Yap. Dari lelaki tak bertanggung jawab bernama Kim Woobin."

Woobin mundur beberapa langkah, bayi yang dulu tidak bisa dia terima kini sedang menatapnya tajam, wajahnya datar dan dingin.

"Kau... Kau merencanakan ini huh?"

"Berhentilah memberikan pertanyaan-pertanyaan konyol."

Woobin meneguk ludahnya dengan susah payah, dia tahu... Rosé sangat dendam padanya.

"Kau... Kau mau apa? Aku ayahmu!"

Rosé tertawa puas dengan pisau lipat ditangannya. Dia mengelus pipi Woobin dengan ujung pisau itu "ayahku? Bahkan aku tidak memakai margamu, kau hanya ayah biologis ku. Tidak lebih,"

RoseanneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang