Hari sudah berganti malam. Suasana sunyi dan menyejukkan telinga. Seorang gadis berjalan dengan santai diantara gang di kota menuju apartemennya.
Dia baru pindah dan hidup sendirian di Seoul. Keluarganya berada di Selandia Baru nan jauh disana. Jennie ingin hidup mandiri di tempat kelahirannya yaitu Korea.
Dia berjalan menyusuri jalan sepi. Itu adalah jalan tikus menuju apartemennya karena Jalan umum selalu ditongkrongi beberapa pria nakal.
Dia berjalan kesini juga karna dia lebih suka ketenangan. Jennie memasang headset di telinganya. Mendengarkan lagu menenangkan yang menemani jalannya.
Samar-samar dia mendengar teriakan seseorang dari sela-sela headset yang dia pakai.
Dia membuka headsetnya dan mencari sumber suara. Perlahan suara itu terdengar semakin jelas. Hingga dia melihat sebuah gang dengan penerangan sangat minim.
Jennie mengernyit. Dia berniat ingin menolong tapi... Jika melihat tempatnya bisa saja itu para manusia bejat yang sedang mencari kenikmatan duniawi?
Jennie menggeleng. Mendengar suara itu adalah suara rintih kesakitan. Dan beberapa suara kikikan tawa.
Jantung Jennie berdegub kencang. Dengan mengumpul kan keberaniannya dia mendekati tempat itu.
Dan apa yang dia lihat benar-benar membuatnya shock dan ingin muntah.
Bayangkan saja, seorang gadis sedang disayat oleh seseorang. Darahnya sudah mengotori sebagian besar tempat itu dan bajunya juga sudah tidak berbentuk hingga terlihat bagian-bagian tubuhnya yang terkena sayatan.
Entah Jennie harus menolongnya atau pergi menyelamatkan dirinya, tapi gadis itu... Jennie merasa iba dan ngeri disaat bersamaan.
"Aaakkkhhh kumohonh... Hentikan!" ringis gadis itu.
"Sttttt sayang, jangan berteriak, kau tidak mau ada yang mengetahui permainan kita bukan?" orang itu masih terus mengukir beberapa sayatan di paha gadis itu.
Tangan gadis itu diikat kesamping membuatnya tidak berdaya.
Perlahan Jennie mundur.
Prangg
Shit
Orang tadi berbalik. Dia melihat Jennie menatapnya dengan tatapan takutnya. Orang itu melemparkan pisau yang ada di tangannya dan seketika pisau itu menancap sempurna di jantung gadis itu.
Jennie menutup mulutnya tidak percaya. Dihadapannya adalah seorang monster. Orang itu tersenyum miring, darah gadis itu wajahnya yang tidak terlalu jelas dengan pencahayaan minim. Dia membuang sarung tangannya. Lalu dia berjalan perlahan kearah Jennie.
Jennie pergi dan berlari sekuat tenaga. Orang berhoodie itu mengejarnya meski dengan berjalan santai.
Jennie berlari menuju jalan umum. Cukup ramai namun orang itu masih mengejarnya. Dia melihat bus kemudian dia menaikinya. Jennie bernafas lega saat orang itu tidak mengikutinya lagi.
Jennie berjalan dengan lemas menuju apartemennya. Kejadian pembunuhan tadi benar-benar membuatnya shock.
Ia berjalan menuju apartemennya. Dia meneguk air minumnya dengan rakus. Setelah itu dia mendudukkan dirinya diatas kursi.
Dia menetralkan nafasnya. Tak lama kemudian ada yang mengetuk pintunya.
Dia berjalan kearah pintu lalu mengintip ke lubang di pintu. Dia terkejut setengah mati saat melihat orang berhoodie tadi sedang berdiri di depan pintu apartemennya.
Jennie meneguk ludahnya kasar. Dia tidak membuka pintu itu lalu pergi menuju ke kamarnya dan mengurung diri disana.
Pagi sudah datang.
Dan Jennie menyadari jika hidupnya sudah selamat. Dia pergi mandi untuk bersiap-siap pergi ke kampus.
Namun saat dia membuka pintu, dia menemukan sebuah kartu bergambar mawar semerah darah disana.
Jennie mengedarkan pandangannya, tak ada siapapun disini. Dia mengedikkan bahunya lalu pergi karna dia hampir terlambat.
"Ahh ande,"
Ni draft dari tahun lalu. Cuma baru kefikiran lanjut pas ngeliat Nerd but psychosé.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roseanne
Hayran KurguMawar itu merah, violet itu biru. Kombinasi dunia ada padamu. Aku harus pergi ke kamar mandi. Nda bisa bikin desk!