08. Sececah Masa Lalu

391 44 2
                                    



Mengarungi lautan pedih, susah hatiMemulihkan luka dan perih di hatiHanya bersama diri sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mengarungi lautan pedih, susah hati
Memulihkan luka dan perih di hati
Hanya bersama diri sendiri

•••••

Jeri segera memacu motornya dengan kecepatan tinggi menuju tempat Hanza berada. Ketika sedang menunggu sang adik pulang dari bimbel, ia mendapati kabar bahwa sahabatnya penyuka anime itu, sedang dicegat oleh sebuah geng motor. Untung saja tempat Hanza berada cukup dekat dengan tempat les Triya.

Seusai memarkirkan motornya, Jeri segera berlari kala melihat seorang pemuda yang sedang berdiri di depan sahabatnya yang terduduk meringis kesakitan. Jeri berteriak dan mengangkat kerah jaket hitam yang dipakai pemuda itu, "Lo ngapain sahabat gue hah?"

Jeri segera menarik orang itu untuk menjauhi Hanza, lantas mereka berdua terlibat dalam perkelahian.

Di sisi lain, Hanza meringis kala merasakan sakit di tubuhnya ketika ia bergerak. Tadi tiba-tiba orang-orang itu memintanya untuk turun lalu mengeroyoknya tanpa ada penjelasan apapun. Sedangkan sang ojek online telah pergi karena diancam senjata tajam.

Jelas sekali Hanza tak bisa melawan sama sekali. Ia tak bisa bela diri. Saat itu, Hanza sangat menyesal karena menolak ajakan Reka untuk mengikuti ekstrakurikuler karate di masa SMP dulu.

Lantas Tuhan mengabulkan doa Hanza. Tiba-tiba datanglah seorang pemuda yang menolongnya, dengan kekuatannya sendiri, sosok itu berhasil mengalahkan semua anggota geng motor.

Hanza tak bisa melihat wajah orang itu dengan jelas, sebab pandangannya mengabur. Ia memicingkan matanya, berusaha mengamati apa yang terjadi di sekitarnya. Kenapa ia mendengar suara orang yang sedang beradu jotos?

"Jangan, Jer. Jerico!" Panggil Hanza panik tatkala netranya menatap sosok Jeri dan pemuda yang menolongnya tadi sedang baku hantam. Seketika itu juga, ia merintih karena rahangnya terasa perih.

"Hanza!" Teriak Hamdan ketika ia telah menemukan sang sahabat yang terkapar di pinggir jalan. Ia memarkirkan motornya di dekat sebuah taman yang cukup dekat, lalu berlari arah Hanza.

Hamdan melepas helmnya dan menaruhnya asal. Ia meringis ketika menatap wajah Hanza yang terluka. "Buset, wajah lo lebam semua. Mampus Buna mesti ngamuk-ngamuk."

Ia segera menggandeng Hanza untuk duduk di kursi kayu yang ada di trotoar.

"Mana lagi yang luka? Ada yang patah nggak? Bagian tubuh mana lagi yang kena pukul?" Rangkaian pertanyaan yang diucapkan Hamdan membuat Hanza pusing sendiri.

"Tadi gue cuma ditonjok sama ditendang dibagian perut. Selain itu, gue gapapa," jelas Hanza.

Hamdan bernapas lega. Untung saja tak sampai mendapatkan luka serius. Sungguh ia ketakutan bukan main ketika membaca pesan dari Hanza, bahwa ia sedang dicegat oleh geng motor.

Arti Sahabat | 00lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang