20. Menghitung Hari

343 48 2
                                    

Apa kabar kalian semua? Gimana hari ini? Sini cerita kalo ada hal menarik hehe.

Kalo aku hari ini biasa aja, di rumah doang wkwkw.

Udah lama banget ya sejak terakhir aku update cerita ini hehe.

Selamat membaca!!

•••••

•••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••••

Sagio tak menyangka bahwa Tuhan sungguh menghadirkan seorang penyelamat untuknya pada malam ini.

Dan itu adalah Heyan. Sosok tak terduga.

Dirinya sungguh mengira bahwa malam tadi, ia akan mati terkapar di jalan. Tubuhnya remuk, ia sudah tak mempunyai tenaga bahkan hanya untuk berdiri dan penyebabnya adalah perkelahian.

Setelah diobati oleh seorang dokter yang didatangkan ibunya Heyan, Sagio diminta untuk makan malam terlebih dahulu. Suatu hal yang membuat hatinya menghangat sebab Kesia, ibunya Heyan, menyuapinya bubur dengan telaten.

Sungguh, Sagio hampir meneteskan air matanya. Tatapan hangat dan senyuman lembut di paras wanita itu mengingatkannya kepada sosok ibu yang bahkan tak pernah merawatnya saat sakit. Sang ibu selalu mendatangkan dokter dan meminta asisten rumah tangga untuk menemaninya.

Di sinilah SagiSagio sekarang. Terbaring lemas dihangatkan selimut di kamar dengan nuansa abu-abu yang mewarnainya. Sagio mengamati sekeliling dan menurutnya kamar itu tertata dengan baik mulai dari letak barang-barang hingga hiasan kamar. Pada meja hitam di dekat dinding ia jumpai beberapa tanaman dan alat lukis di sana. Sejumlah lukisan dan beberapa aksesoris rumah juga menghiasi kamar abu-abu itu.

Sagio menghela napasnya panjang. Ia sungguh tak bisa memprediksi apa yang akan terjadi setelah ini.

Sebenarnya, harusnya ia tidur di kamar tamu, tetapi Kesia berkata tempat itu belum dibersihkan sejak lama, alhasil mau tak mau Heyan membiarkan Sagio tidur di kamarnya.

Terdengar suara pintu terbuka bersamaan dengan masuknya sang pemilik kamar, Heyan. Pemuda itu berhenti di samping kasurnya lalu menyodorkan sebuah ponsel.
"Ponsel lo udah gue cas. Lo bisa kabarin orang tua lo kalo lo emang mau nginep."

Sagio menerimanya lantas mulai menggunakan ponselnya. Ia membuka grup obrolannya dengan gengnya, dirinya berharap mereka akan bertanya khawatir maupun mencarinya, tetapi tak ada satu pun pesan dari mereka. Dirinya tak mungkin ditinggalkan begitu saja kan?

"Sorry, tadi gue nggak sengaja baca pesan di ponsel dari sepupu lo dan pas banget tiba-tiba ponsel lo mati," ungkap Heyan seraya melangkah untuk duduk di kursi belajarnya.

Arti Sahabat | 00lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang