14. Tetap Bertahan

524 43 1
                                    

⚠ suicidal thought, selamat membaca :D

Berkali-kali remukkan hatiTeguhkan diri atas semua rasa perih Pertahankan asa juga impianBerangan-angan tentang masa depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berkali-kali remukkan hati
Teguhkan diri atas semua rasa perih
Pertahankan asa juga impian
Berangan-angan tentang masa depan

•••••

Malam ini, Nares baru saja pulang dari rumah Hanza. Ia belajar di sana bersama Hanza dan Jeri. Sementara itu, Reka dan Hamdan tak hadir, entah apa alasannya. Senyuman kecil masih terpatri indah di wajah tampan pemuda itu. Ia masih mengingat tentang obrolan lucu yang dirinya dan kedua sahabatnya bincangkan ketika di sana. Juga cerita masa kecil Hanza dari ibunya yang belum pernah ia ketahui.

Mulai dari Hanza yang hampir dimakan buaya, lalu pernah dikejar sekumpulan tawon karena salah membidik saat bermain ketapel dan berakhir mendapatkan gigitan tawon di pantatnya sampai sahabatnya itu tak bisa duduk dengan leluasa dan juga ketika Hanza hampir terbawa arus sungai karena bergaya ingin berenang seperti putri duyung, padahal ia masih berusia enam tahun saat itu. Untung saja kala itu, kedua orang tua Hanza tanggap dan langsung menyelamatkannya.

Sesungguhnya hal yang paling lucu adalah bagian ketika Bunda Nabila dan Hanza menceritakan kisah-kisah tersebut, dengan wajah yang penuh ekspresi juga gesture badan mereka berasil membuat Nares dan Jeri tak dapat menahan tawa.

Memang rumah Hanza adalah tempat yang tepat untuk melupakan masalah yang ada, walaupun hanya sementara, di sana Nares bisa tertawa dengan bebas sampai menangis. Biarpun begitu, ketika pemuda itu kembali ke rumahnya, semua rasa sakit itu kembali menghampiri.

Seperti malam ini, tidak pernah Nares sangka sama sekali, ibunya ternyata tengah menunggu kepulangannya. Pada dasarnya, daripada berbicara langsung, sang bunda lebih sering mengirimkan pesan kepadanya apabila ada sesuatu yang penting.

Langkah kaki Nares terpaku di tengah ruang keluarga tatkala matanya menangkap sang Bunda yang sedang duduk santai bermain ponsel di sofa. Senyuman manis di parasnya memudar begitu saja.

"Karena kamu tinggal sendiri di rumah ini, ternyata seperti ini kelakuan kamu? Selalu pulang malam? Habis balapan? Mabuk? Atau ikut tawuran?"

Nares menggeleng panik dengan kepala yang langsung menunduk. Tak berani memandang langsung wanita di hadapannya itu. Hanya dengan menatap netra milik ibunya mampu menciptakan rasa sesak di dada.

"Saka nggak mungkin seperti itu Bunda. Tadi, aku belajar di rumah Hanza, sahabatku ...."

"Kamu pikir saya peduli dengan alasan kamu?" Ucapan dengan nada datar itu berhasil membuat Nares bungkam. Laki-laki itu mengeratkan pegangannya pada tali tas miliknya.

"Kamu pernah buat masalah di sekolah?"

Nares terdiam sesaat memikirkan pertanyaan tersebut.

"Jawab saya!"

Arti Sahabat | 00lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang