09. Keinginan Sederhana

440 47 4
                                    

Halo~ adakah yang masih nyimpen cerita ini di perpustakaan kalian? AKSHSKSH udah lama banget ya aku nggak update hehe. Selamat membaca!

Gelora rasa di hatiKhalayan asa di kepala iniBerangan dan berimajinasiTerealisasi? Entah kapan hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gelora rasa di hati
Khalayan asa di kepala ini
Berangan dan berimajinasi
Terealisasi? Entah kapan hari

•••••

Jumat hari ini Faras merasa sial sekali. Pagi hari tadi dirinya terlambat karena bangun terlalu siang. Dalam kehidupan sehari-harinya memang sang ibulah yang selalu membangunkannya.

Namun, sang ibu sedang berkunjung ke kampung halaman, sebab kakek sedang dilanda sakit. Faras yang tak bisa bangun sendiri tentu saja kalang-kabut, meskipun telah mengeset alaram, tetapi tetap saja pemuda itu tak bisa bangun tepat pada waktunya. Ditambah ia melewatkan sarapan pagi, membuatnya tak
bersemangat sama sekali.

Alhasil ia tak bisa mengikuti ulangan matematika wajib di jam pelajaran pertama dan kedua.

Bel istirahat telah berbunyi beberapa menit yang lalu, Faras hendak beranjak dari tempat duduknya untuk pergi ke kantin karena ia lupa tak membawa bekal. Akan tetapi, ia terpegun ketika menyadari uang jajannya tertinggal di meja belajar. Faras memaki dirinya sendiri. Bisa-bisanya ia melupakan uangnya!

Akibatnya Faras membatalkan niatnya untuk pergi ke kantin. Pemuda itu memilih untuk menelungkupkan wajahnya di lipatan tangannya, berusaha menahan rasa lapar yang mulai menggelora di perutnya.

Belum ada beberapa menit ia terpejam, Faras mendongak ketika suara perempuan menyapa telinganya.

"Faras, nggak makan?"

Faras menatap siswi itu, Jehan namanya, salah satu murid pintar di kelas itu.

"Mau bakpao?" tanyanya ragu sambil menyodorkan sebuah wadah berisi beberapa bakpao yang terlihat lezat di mata Faras.

"Gue bikin banyak," lanjutnya dengan senyuman canggung.

Lantaran Faras tak kunjung menjawab, Jehan berujar sembari menunjuk bakpao buatannya satu per satu. "Ini isi kacang, yang ini cokelat, yang dua ini isi keju."

"Lo suka yang mana?"

Faras terdiam tak membalas. Jehan menggigit bibir bawahnya canggung. Ternyata cukup sulit berinteraksi dengan murid paling pendiam di kelasnya itu, batinnya.

Kala ia hendak berkata sesuatu, ucapan seseorang berhasil mengalihkan fokusnya.

"Buat apa ngasih ke dia sih, Han?"

"Mending buat gue," ujar seorang murid sembari mengambil sebuah bakpao tanpa permisi. Jehan berseru kesal. Ia memukul tangan siswa itu, Alam, pemuda paling tinggi di kelas IPA 5.

Arti Sahabat | 00lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang