Dream-Eighteen

74 13 7
                                    

MATA Sunghoon terlebar luas, dengan cepat lelaki bangkit dari tidurnya dengan keringat dingin mengucur seluruh wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MATA Sunghoon terlebar luas, dengan cepat lelaki bangkit dari tidurnya dengan keringat dingin mengucur seluruh wajahnya.

“Honnie?” Sontak iris matanya tertuju pada gadis baru saja keluar dari toilet, dengan raut muka cemas ia segera mencepatkan langkahnya. “Kamu kenapa? Kenapa banyak keringat sekali?”

Sunghoon menatapnya, ada banyak pertanyaan yang ingin sekali ia tanya. Namun semuanya terlihat mustahil, mustahil baginya. Pemuda itu mendesah pelan, meraup wajahnya frustasi.

Lihat itu, Yuna tak bisa melakukan apa-apa selain merasa khawatir padanya. Yuna duduk di bibir kursi, memegang tangan Sunghoon yang telah terpasang infus, “kenapa bisa pingsan? Kamu buatku khawatir. Bukan hanya aku, bahkan Jongseong dan anggotamu juga.”

Sunghoon diam. Menarik tangannya tanpa niat membalasnya. Menatap kosong kearah tungkainya, kenapa alam semesta telah mempermainkan.

Sunghoon bingung, selama ini dia masih belum mengerti, mengapa dirinya tak bisa melihat wajah orang asing kecuali orang terdekatnya. Dan kenapa, dia selalu melihat semua mimpi tentang Yuna, Yuna, dan Yuna terus menerus.

Apa hubungannya dengan Yuna? Apa Yuna Jongseong yang dulu atau Yuna Jongseong yang sekarang?

“Kamu kenal Jongseong sudah lama?” Serentak tubuh Yuna terperanjat, mengerjap matanya sebelum berujar lirih, “soal apa itu?”

Sunghoon mengecilkan matanya, dengan sedikit berkata dengan nada dinginnya, “tinggal jawab saja.”

Yuna terdiam. “Baru-baru ini, kenapa?”

“Bohong,” perlahan mata bulatnya menatap muka serius Sunghoon. Sejujurnya dia mengerti—memilih untuk tidak memberikan perkara sebenar.

“Apa? Aku berbohong?” Yuna menatapnya—Sunghoon menghindari kontak mata dengannya. Ia akui keberaniannya berbicara bertatapan mata dengan lelaki maupun perempuan.

Sunghoon menarik napasnya, kemudian menoleh, “sebaiknya kamu pulang saja, keadaan akan lebih buruk jika ada orang memotret kita berdua di sini.”

Yuna berusaha menyunggingkan sudut bibirnya meski dipaksa, “ya, kalau begitu aku pulang dahulu, sememangnya aku tak harus menemanimu disini.”

Yuna beranjak, meraih ranselnya dan siap langkah pergi dengan perasaan kesal tak bisa dibohongi olehnya. Seharusnya dia mendengar kata Seonwoo, agar tak menemani Sunghoon seorangan.

:

Jongseong berjalan menuju ke kamar Sunghoon, sekarang ia melamun bagaimana kedekatan Seonwoo dan Yuna.

Jongseong tahu, Yuna sempat meminta izin untuk menemani Sunghoon di rumah sakit, dia benarkan. Lagipula, Yuna dan Sunghoon itu berteman tak lebih dari itu.

Yang anehnya, sepanjang pelajaran, Seonwoo terus menerus menempelkan tubuhnya kepada Yuna—bahkan ia berani memeluk tubuh pemudi itu di depan matanya.

[III] Another Dream • Sunghoon Yuna ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang