Dream-Twelve

77 22 6
                                    

━━━━━━ ⊙ ━━━━━━

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

━━━━━━ ⊙ ━━━━━━

SUNGHOON menatap langit-langit kamarnya, merenung dan mengingatkan kembali Jay memegang tangan Yuna dan melemparnya senyum manisnya pada gadis itu. Sunghoon menghela nafas kasar, mengusap wajahnya, seakan apa terjadi padanya? Bukankah dia sudah membantu temannya, mengapa dirinya tak suka melihat kedekatan mereka.

Sunghoon mengangkat tangannya; merasakan pandangannya kabur. Sunghoon memegang kelopak matanya, menggosok matanya dan membukanya perlahan. Sekali lagi, kabur.

Sunghoon mengangkat tubuhnya, dan melihat sekeliling ke kamarnya dengan sangat berbeda. Kamar cukup tenang, bersih dan kecil; cukup nyaman jika sendirian.

"Kamu pembawa sial!" Sunghoon menoleh ke samping, melihat gadis kecil itu dipukuli oleh seorang pria dewasa dengan ikat pinggang. Apa—apakah ini masa lalu? Bagaimana Sunghoon bisa melihatnya.

Gadis kecil itu meringis kesakitan, tubuhnya memar, lemas, dan berdarah. Wajahnya ditampar berkali-kali. Sunghoon ingin merasa lebih dekat dengannya dan menghentikan pria itu tetapi dia tidak bisa. Dia merasa tidak berguna. Baik pria maupun gadis kecil itu tidak bisa melihatnya.

Pria itu mengangkat gadis itu, membanting tubuh kecil itu ke dinding, membenturkan kepalanya. Sunghoon mengepalkan tinjunya, melemparkan wajah; tidak berani melihatnya. Hati terasa sesak mendengar tangisan memilukan.

"Hei, si tuli!"

"J-jay?" Sunghoon tidak bisa berkata apa-apa melihat Jongseong kecil menarik pergelangan tangan gadis kecil itu. Sunghoon membungkuk; letakkan telapak tangannya di lutut, tubuhnya diturunkan. "Y-yuna?"

Jongseong kecil terus mengoceh tanpa henti, sementara Yuna kecil hanya diam mendengarkannya dengan baik. Sangat berbeda..sangat berbeda ketika Jongseong di sekolah dan di luar sekolah.

"Ini, Ambil! Sebagai tanda permintaan maafku darimu!" Jongseong kecil memberinya boneka kucing, "jika kamu merasa sedih atau kesepian, kamu peluk boneka itu, karena aku akan memelukmu melalui boneka ini, hehe!"

Senyuman lebar tak pernah berubah. Anak matanya menatap sisi wajah Yuna melebarkan senyumannya. Mirip, tapi bukanlah dirinya.

"Hoon...."

Sunghoon menoleh, anak matanya tertuju pada gadis berdiri di ambang pintu dengan belakangnya ada cahaya terang menghalanginya Sunghoon untuk melihat wajahnya.

"Hoon...."

"Si-siapa!" Teriak Sunghoon mencoba selangkah guna menghampiri gadis itu. Dalam sekejap, ia kembali ke tempatnya.

[III] Another Dream • Sunghoon Yuna ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang