Dream-Nine

87 24 2
                                    

Anggota lainnya sudah pulang terlebih dahulu meninggalkan Sunghoon yang memiliki paket bersama seniornya-Yuna. Ini kesempatan untuk dia bertanya lagi.

Yuna sedang menyapu dan membelakanginya karena pemudi itu enggan berbicara bahkan bertatapan dengannya sekalipun.

Sunghoon menghela nafas panjang. "Senior, kita perlu berbicara."

"Tidak, aku tidak mahu berbicara dengan kamu," sahut Yuna cepat. Ia bahkan menggerakkan tangannya menggenggam erat pegangan sapu tersebut. Ia tahu, apa yang Sunghoon ingin bicarakan.

"Senior-"

"Sunghoon-ssi." Gadis itu memberanikan dirinya menatapnya. Iris bola matanya terlihat sulit terbaca. "Aku..bukan, tolonglah berhenti menanyakan apakah aku memiliki kembar? Tentu saja tidak!"

"Aku hanya penasaran." Kata Sunghoon membuat Yuna mengerutkan dahi. "Aku bermimpi.. tentang kamu."

Yuna mendesah pelan, "Cuma mimpi saja, tak perlu berlebihan." Gadis itu membalik, menyimpan penyapu di loker kelas.

Sunghoon mengikutinya, "Aku cuma memastikan saja." Gadis itu hanya diam, sama sekali tidak tertarik dengan ucapan Sunghoon.

"Senior, aku mengantarmu pulang," Sunghoon masih terbawa mimpinya kemarin. Ia takut jika mimpinya benar-benar nyata.

"Tidak perlu-" Yuna terhenti, merasa benda hangat memegang lengannya. Yuna terpaksa melihatnya. Tatapan Sunghoon hangat. "Kumohon ya."

Yuna mengerutkan dahi. "Apa ada denganmu? Kamu mimpi buruk ya?" Sunghoon mengangguk setelah diam sesaat. "Apa kamu bermimpi aku dilanggar mobil?"

Sunghoon menggeleng. Yuna berpikir sesaat, "Apa aku diculik oleh penculik?" Dan lagi Sunghoon menggeleng kepalanya.

Yuna mendengus pelan, "Apa aku diperkosa dan akhirnya bunuh diri?" Sunghoon mendongak, menatap manik matanya berubah sendu.

Yuna terdiam. Dia menghela nafas pelan, "Jadi, itu benarlah?" Sunghoon mengangguk kemudian menundukkan kepalanya.

"Aku izinkan." Pemudi itu menjauhkan tangannya dari lengannya. Nanti bisa jadi salah paham lagi dan menjadi topik hangat di media sosial.

Dan itu adalah kesempatan pembencinya untuk menjatuhkannya. Beruntung di sini sepi, dan Yuna lega.

"Senior, izinkan aku menemanimu?" Yuna masih membelakanginya. Diam-diam ia hanya memasang ekspresi sulit dibaca. Ia mengangguk pelan setelah terdiam beberapa sesaat.

"Cepat atau aku akan mengubah pikiran nanti." Mendengar kalimat itu, Sunghoon lekas mengambil ranselnya dan mengaitkannya di kedua pundahnya.

Dia akan memastikan gadisnya baik-baik saja selama ia masih berada di dunia aneh ini.

[ a n o t h e r  d r e a m ]

Dua insan kini berhenti sejenak setelah dua puluh menit lalu berjalan kaki tanpa berbicara. Memakai penutup mulut agar mereka tak diketahui begitu mudah.

Pemuda Park menghulurkan sebuah minuman dingin padanya, gadis itu menatapnya, "Minumlah sebentar."

Akan tetapi pemuda itu menarik kembali botol tersebut dan membantunya membuka penutup botol kemudian diberikan lagi pada gadisnya. Gadisnya?

[III] Another Dream • Sunghoon Yuna ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang