Raut muka Sunghoon agak kosong, dengan bibir terbuka sedikit ia menatap gadis itu, menggerakkan kepalanya pelan, “tidak mungkin aku....”
Sunghoon–; atau dikenali Jeongin menatap pasangan itu secara bersamaan, “bagaimana bisa? Aku—tapi kalian berbohong, ‘kan!” Pemuda itu meninggikan suaranya.
Dengan mata terindah itu terlihat memerah, berusaha menahan tangisan serta tawa getir dikeluarkan, “mana mungkinkan...” diakhiri dengan kekehan pahitnya.
“Oppa!”
“Hyung!”
Pasangan itu menahan lelaki itu menampar dirinya, lelaki itu kukuh menampar pipinya, “lepaskan, sialan! Mana mungkin aku Jeongin, jelas aku Park Sunghoon!”
“Oppa—” Yuna terdorong hingga tubuhnya terduduk di lantai, Sunghoon lekas membantunya dan toleh menatap Jeongin kini terkaku di sana. “Hyung, sudah, jangan begini.”
Jeongin menggeram, iris mata Jeongin menatap muka Sunghoon tajam, “jangan begini apa maksudmu! Kau tiba-tiba muncul dan mengatakan aku bukan Sunghoon tapi Jeongin! Kapan lagi dunia ini terus mempermainkan aku!”
“Bagaimana bisa itu terjadi, jika aku Jeongin berarti mereka siapa yang terus menemaniku dan berlatih bersama denganku, siapa, siapa!”
Buliran bening itu akhirnya terkeluar dari kelopak matanya begitu indah nan cantik; “aku bingung, aku benar-benar bingung, tolonglah jangan membuatku begini.”
Lelaki itu melutut, mencengkram erat lututnya dan tunduk, membiarkan secairan bening itu jatuh ke lantai putih begitu polos.
“Bagaimana aku bisa menjadi Yang Jeongin, sahabat temanku sendiri!” Sunghoon mendengar itu lekas ikut melutut, memegang bahunya.
“Sudah lama kau tertidur cukup lama, mungkin ini saatnya kau bangun, Jeong. Semuanya menunggumu.” Jeongin mengerutkan keningnya, “apa maksudmu, aku jelas sudah bangun di depanmu ini!”
“Jika kau bangun seharusnya kau tak bisa melihat kami,” sahut Yuna di belakang Sunghoon. Kepala Jeongin terangkat; melihat sang gadis menatapnya sendu. “Kami sudah tiada di dunia, Jeong.”
“Jangan bercanda denganku!” Jeongin menarik napasnya, “kenapa kau melakukan semuanya ini, Na! Kau tidak tahu bagaimana rasanya saat mengetahui dunia ini sedang memainkan duniaku, kau tak akan mengerti dan tak pernah mengerti!”
“Dan kenapa, jika benar aku bukan Sunghoon, kenapa aku bisa melihatmu,” Jeongin mendekat, tak peduli Sunghoon menatap mereka. “Aku sulit untuk menggapai sebuah benda bernilai untukku. Bahkan aku saja sulit memahami situasi hidupku.”
Jeongin memajukan tangannya, telapak tangannya merasakan kulit halus nan lembut saat kulitnya menyentuh pipi Yuna kini telah mengalirkan air mata. Ibu jarinya menghapus bening tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
[III] Another Dream • Sunghoon Yuna ✓
Fanfikce[selesai] Sunghoon menyukai adik kelasnya yang sekelas dengan Jongseong. - ANOTHER DREAM Karya Theonives © 2022