Dream-Seven

110 28 8
                                    

Sudah minggu berlalu, hubungan persahabatan mereka menjadi lebih dekat. Bahkan mereka sering saling menggoda, menjahili satu sama lain sekaligus menyayangi. Bahkan sampai dua laki-laki mencintai pemudi satu-satunya.

Sunghoon kira perasaan ini hanyalah sebatas suka, sayangnya dia terlalu sering mencuri pandang Yuna membuatnya makin jatuh. Begitu juga Jongseong, pemuda Park itu kadang-kadang memberikan hadiah padanya meskipun pemudi itu tak minta.

Hubungan mereka benar-benar baik hingga salah satu penggemar Sunghoon memprotes keras atas kedekatan mereka. Dan mulai jaraknya dengan mereka.

Bukan hanya Sunghoon merasakan pemudi itu menjaga jarak, Jongseong dan pemuda lainnya juga memahami situasi hanya bisa melihat. Melihat gadis itu sendirian di kelas tanpa orang mengajaknya berbicara.

Sunghoon tidak suka—bukan, maksudnya dia benar-benar benci pemudi itu diabaikan bahkan rakan sekelasnya sendiri. Ingin Sunghoon mengajaknya berbicara.

Setiap kali Sunghoon toleh, gadis itu menghindari tatapannya. Setiap kali Sunghoon mendekat, dengan alasan tak maksud akal selalu dikeluarkan dari bibir tipisnya.

Dan bukan hanyanya, yang lain juga dihindarinya. Sunghoon ingin mendekatinya dan mengatakan maaf. Maaf telah melibatkannya hingga gadis itu dibenci sepenuhnya oleh penggemarnya.

Rasa bersalah melihat wajah murung Yuna saat tiba di kelas. Rasa bersalah itu makin membesar melihat komentar-komentar itu terus-menerus berada di akun Instagram atau Twitternya.

Jongseong kehabisan akal bagaimana mendekati gadis itu semakin jauh dari mereka. Sunghoon mendengus dingin dan meraih lengan Yuna yang hendak pergi dari kelas.

"Senior, kita perlu berbicara." Yuna menunduk, enggan bertatapan mata dengannya dan menepis tangannya pelan tanpa berkata.

"Senior," panggil Sunghoon mengejarnya. Kini, mereka berjalan di koridor cukup sepi. Bagus, ini adalah kesempatan Sunghoon.

Pemuda itu menahan lengannya dan membalikkan badannya. "Senior, kumohon..Dengarkan aku sebentar."

Gadis itu masih menunduk dan lagi-lagi menepis tangannya sedikit kasar. "Jaga jarak. Aku tidak mahu kamu terlihat masalah lagi karena aku."

Sunghoon menggeleng. "Itu bukan sepenuhnya salah senior. Yang salah adalah kami, kami terlalu dekat dengan senior dan penggemar kami memarahi senior. Aku benar-benar minta maaf."

Sunghoon membungkuk minta maaf. Yuna menatapnya sendu, "Aku sudah memaafkanmu, tapi hubungan persahabatan kita sampai di sini saja."

Sunghoon mendongak, tak percaya. "Senior, pikirkan baik-baik sebelum membuat keputusan." Yuna mengulas senyum kecil, "Keputusanku kali ini benar."

Yuna membalik tubuhnya meninggalkan Sunghoon menatap punggungnya hingga pemudi itu menghilang dari pandangannya.

Sunghoon mengacak rambutnya kesal. Rasanya Sunghoon ingin memaki orang telah membuat hubungan mereka begini. Benar-benar hancur seketika.

[ a n o t h e r  d r e a m ]

Sunghoon menggelamkan wajahnya di lengan dengan perasaan sulit dimengerti. Dia mendengar suara tapak kaki kian mendekat dan terhenti.

Sunghoon tahu itu siapa. Ya, seniornya kini sudah tiba di tempatnya. Pemuda Park itu mengangkat sedikit kepalanya, manik matanya melirik ke Yuna membaca buku.

Matanya tertuju ke buku tersebut. Perfect Smile—Sunghoon ingat adengan di dalamnya. Tentang persahabatan gadis itu hancur dan diperbaiki oleh teman lelakinya.

[III] Another Dream • Sunghoon Yuna ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang