"Biarkan aku melindungimu, meski dari kejauhan."
*******
"ASTAGHFIRULLAH, MEL AWAS ADA BABI!"Lily berteriak ketika matanya menangkap babi yang berlari dari arah semak-semak. Sera yang membawa lilin pun tidak melihat ada apa-apa begitupun Caramel yang memimpin perjalanan. Sedari tadi ia tak melihat ada yang melintas. Sera rasa Lily hanya berhalusinasi.
"Lyy, jangan teriak-teriak. Ini hutan loh. Di sana nanti ada kuburan besar. Kamu jangan sembarangan ya. Pegang aja tangan aku kalo takut. Asalkan jangan teriak aja!" ucap Sheila.
Lily mengangguk, mereka pun melanjutkan perjalanannya, saat akan melintasi kuburan, mereka tak henti-hentinya membaca doa dengan kepercayaan mereka masing masing. Saat ingin segera melewat, mata Lily menangkap ada bendera merah yang terikat di pohon dekat gerbang kuburan itu. Tangannya pun menepuk Caramel yang tengah fokus membaca peta dan komat-kamit membaca doa.
"Mel, itu benderanya." Lily berbisik.
Mata Caramel yang semula terpokus pada peta. Kini ia memalingkan wajahnya ke belakang menghadap Lily yang memeluk erat tangan Sheila.
"Gays berhenti dulu!" ucap Caramel.
"Aduh ya Dewa. Kenapa berhenti?" ucap Sera.
"Ya Tuhan, ada apaaa Mell??" balas Sheila.
"Bendera merah ada di gerbang dekat pohon beringin itu. S-siapa yang mau nemenin ngambil nya?"
"Mel, kamu gila? ini kuburan gede! kalo kamu ketempelan gimana!" protes Sera.
"Kuburan, mana bisa ngejar."
"Tapi kann-"
"Udahh Ya Tuhan! Mel, sama aku aja ayo. Ly, kamu pindah nempelnya sama si Sera tuh!"
Sheila menyela protesan Sera. Sera memang seperti itu, sangat keras kepala dan susah diatur. Sheila pun mengambil alih lilin yang dipegang Sera dan langsung berjalan kearah kuburan tersebut. Tangan Caramel terulur untuk membawa bendera itu. Namun suara-suara aneh muncul dari balik pohon beringin membuatnya hilang pokus. Ikatan pada bendera itu sangat kuat sehingga Caramel harus terpaksa membakar tali yang mengikat bendera tersebut.
"Dapet, ayoo buruan samperin tuh anak dua."
Mereka pun segera menghampiri Sera dan Lily yang sudah berjalan dan menunggu cukup jauh dari kuburan tersebut. Caramel pun memasukkan bendera itu pada keranjang yang dibawa Lily dan Sheila kembali memberikan lilin itu pada Sera.
"Cepet banget," ucap Sera.
"Lama-lama disana mau apaan?" ketus Sheila.
"Heyy, ayo jalan lagi." Caramel mengajak mereka karena sorot mata Sheila yang sudah tidak bisa diartikan.
Lama mereka berjalan, mereka pun sampai di POS 1. Mereka bertemu dengan dua Kakak panitia yang membawa sebotol besar Coca-Cola.
"Regu 35 ya?" tanya Rena-Kaka panitia.
"Bukan Kak, kami dari regu 40." Sera menjawab.
"Loh? kok regu 40? seharusnya yang datang duluan itu regu 35 Cell!" panik Rena pada teman-temannya bernama Celsi
"Apa jangan-jangan mereka tersesat? atau diisengin lagi sama temen-temennya si Samudra?"
"Aduh, gimana ini. Siniin walkie talkie nya."
Caramel dan ketiga temannya saling bertukar tatap bingung. Mereka tidak memotong jalan kok, mereka mengikuti arahan dari peta. Dan sudah berjalan kurang lebih 1 jam untuk sampai ke POS 1. Apalagi regu Caramel dan Regu 45 memiliki rute yang jauh dari pada rute regu lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
CARAMEL (Terbit)
Teen FictionALUR CERITA BARU!! (Sebagian part diunpublish karena kepentingan penerbit) Apa jadinya ketika kamu harus menjaga dan bahkan harus menikahi seorang gadis lugu yang sering menjadi bahan bullying di sekolah? Alan adalah anggota geng motor yang sangat p...