Abim celingukan ketika teman-teman sekelasnya berhamburan keluar. Ia yang tengah mengemut lolipop langsung ikut keluar mengecek apa yang terjadi. Saat dilihat kebawah, tepatnya kelapangan Abim tidak melihat apa-apa, ia menghampiri kelas Aksa yang berada tepat di belakang kelasnya. Baru ia masuk, sudah tidak ada siapapun disana. Sebenarnya apa yang terjadi, benak Abim bertanya-tanya.
Pundak Abim ditepuk oleh seseorang dari belakang. Rupanya itu Elvano yang sama-sama tengah mengemut lolipop.
"Bim, ayo pulang."
Abim mengerutkan keningnya. "Naon maksud maneh."
(Apa maksud lo?)
"Guru-guru rapat. Gara-gara si cupu tuh, lebay banget jadi cewe," cibir Elvano.
"Apa si anying, coba ceritain bangke. Gue nggak ngerti," ucap Abim.
"Lah, gue juga gatau. Tanya aja tuh sama si Pasifik."
"Pasifik? Samudra? nyebut nama tuh yang bener, anak sethan!"
Elvano tertawa melihat wajah Abim yang menahan emosi. Mereka berdua hendak pergi ke kelas masing-masing namun Aksa dan Arga datang dengan raut wajah yang tak bisa diartikan dengan nafas yang sedikit tak beraturan. Sontak Abim menanyakan apa yang terjadi.
"Kenapa?"
"Alaskar!! mereka salah paham!"
"Hah? salah paham apa maksud lo?"
Arga berucap sembari menatap Abim dengan penuh kekhawatiran. Aksa yang melihat sorot mata Abim yang kebingungan langsung menarik lengannya untuk mengikutinya sampai di pos satpam mang Wawan. Ia membawa surat dan memberikannya pada Abim. Surat itu berisikan...
"oh, ternyata The Aquila punya cewe. Cewe lo cantik juga. Mau taruhan ngga? kalo lo menang, cewe lo masih punya lo. kalo gue kalah, lo harus nyerahin cewe lo termasuk jabatan lo Varo. Gue tunggu lo malam kamis, di gang biasa."
Abim menutup secarik kertas itu dengan kasar. Ia hendak berlari mencari keberadaan Varo, namun Arga menahannya seraya berucap.
"Lo jangan apa-apa sendiri mulu, gue nggak ada harga dirinya kalo gini. Gue ikut nyari Varo."
Abim mengangguk, mereka berdua mencari keberadaan Varo. Sedangkan Aksa dan Elvano sibuk menghubungi para anggota The Aquila yang lainnya.
****
Di sisi lain, Samudra tengah memijat pelipis Caramel sampai Caramel terlelap. Matanya terlalu pokus menatap lugunya wajah Caramel sehingga ia tidak menyadari keberadaan Bu Rahma dan Sheila.
"Waduhh, pemandangan macam apa ini Tuhan!"
"Eh, Bu Rahma, Sheila." Samudra menyengir.
Ia pun berdiri dari kursi dan mempersilahkan untuk Bu Rahma duduk. Sheila menatap tajam Samudra sampai ia mengerutkan dahinya tanda ia bertanya.
"Gara-gara kamu, temen saya jadi begini," bisik Sheila.
"Lah, gue yang gendong dia. Napa gue yang disalahin. Sopan dikit dong, ini kaka kelas," balas Samudra berbisik.
Bu Rahma menoleh. "Ngapain bisik-bisik?"
Sheila terkekeh dan menggelengkan kepalanya. Sheila lalu mendekat kearah Caramel yang terlelap. Sheila memang bukan sahabatnya, namun ia merasakan penderitaan yang dialami oleh Caramel.
Ia tadi langsung menyeret Jessika dan dua temannya ke ruang BK. Sera, Kevin dan dirinya memberikan bukti video untuk ditonton oleh para guru tersebut. Guru BK itu nampak tersenyum bangga pada Sheila, dan akan menyimpan bukti video bullying fisik itu, lalu akan memanggil para orang tua dari Jessika, Rebecca dan Tamara.
KAMU SEDANG MEMBACA
CARAMEL (Terbit)
Teen FictionALUR CERITA BARU!! (Sebagian part diunpublish karena kepentingan penerbit) Apa jadinya ketika kamu harus menjaga dan bahkan harus menikahi seorang gadis lugu yang sering menjadi bahan bullying di sekolah? Alan adalah anggota geng motor yang sangat p...