10. ia terlalu baik

319 186 108
                                    


Abim kini berada di rumah sakit terdekat. Ia bertemu dengan pamannya Alan dan meminta untuk mengobati lukanya yang cukup parah. Pamannya yang sudah tau kelakuan Alan hanya mampu menggelengkan kepalanya.

"Om, bantuin Alan ya. Nanti uangnya dari Abim."

"Baku hantam mulu kerjaan kalian. Kapan berhenti nya!"

"Itu pipi kamu juga lebam."

"Abim udah biasa Om. Ini Alan utamakan!!"

"Baik, nanti saja minta Arga obati ya."

Ray Adithama adalah paman Alan sekaligus adik dari Bram-- Ayah Alan. Ray adalah dokter bedah yang sudah bekerja selama 3 tahun lamanya. Ia sudah sering menangani keponakannya yang bandel seperti ini. Tubuh Alan yang sudah lemas kini di pindahkan ke brankar dengan bantuan suster.

Abim membantu Alan untuk berbaring. Sebelum masuk ruangan, Alan membuka matanya menatap mata Abim yang nampak khawatir. Sekuat tenaga Alan mengacungkan jempolnya tanda ia baik-baik saja. Abim yang melihat itu sontak tersenyum dan membalas mengacungkan jempolnya. Alan memang dikenal pria yang selalu menyendiri dan tak pernah terbuka. Namun dengannya, Alan sering sedikit terbuka dan selalu mengutarakan perasaan dan keadaan yang sedang dialaminya.

Alan sudah masuk kedalam ruangan menyisakan Abim yang terduduk di kursi besi sendirian. Tangannya tergerak untuk menelpon Samudra dan Arga untuk menghampirinya ke Rumah sakit.

"Haloo, Bim. Gimana Alan?"

Suara Arga terdengar panik dari sebrang.

"Alan udah masuk ruangan. Lo kesini temenin gue, bawa baju di lemari kamar markas. Ada baju gue sama baju Alan, sama P3K"

"Lo tenang aja, gue kesana sama Aksa."

Tuutt...

Telepon dimatikan oleh Arga dari sebrang. Abim membuka room chat nya bersama Samudra, ternyata ia sedang aktif. Tanpa basa-basi ia segera mengetuk ikon telpon. Lama berdering sampai telpon itu terangkat.

"H-halo. K-kak Samudra nya l-lagi d-dipanggil tim PMR."

Bukan suara Samudra yang menyaut, melainkan suara perempuan yang samar-samar ia kenali. Abim mengerutkan dahinya sampai ia benar-benar percaya bahwa yang mengangkat nya itu adalah...

"Heh cupu. Lo ngapain pegang barang orang tanpa ijin. Ga sopan monyet!"

Yang mengangkat telepon dari Abim adalah Caramel. Ntah bagaimana bisa gadis itu membuka handphone Samudra.

"M-maaf K-kak. T-tapi, t-tadi..."

"Halah bacot. Udah cupu, bego, ga sopan, miskin lagi!"

Abim kepalang kesal dan langsung mematikan telepon itu dan memasukan handphonenya kedalam saku.

*****

Di sekolah, Caramel duduk di tenda PMR sendirian dengan teh hangat di meja. Ia menundukkan kepalanya, seharusnya ia tak mengangkat telepon dari Abim dan mengabaikannya, mungkin saja ia tak merasakan sakit hati lagi.

Setelah dari POS ke 3, mereka lulus tanpa diberi tantangan lagi karena melihat Caramel dan Lily yang butuh perawatan medis. Samudra pergi mengantarkan mereka sampai ke sekolah meninggalkan Kevin sendiri. Untungnya, Rena yang berjaga di POS 1 sudah menyelesaikan tugas dan pergi ke POS 3 untuk menemani Kevin.

Flashback on..

"Aku tau tangan Caramel kenapa kak!"

Kevin menoleh menatap Sera yang hendak berbicara.

CARAMEL  (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang