3. luka dibalas luka

437 243 186
                                    

"Terkadang, jiwa yang terlihat kuat, sering terdapat banyak luka yang tersirat,"

****


W

aktu terasa lebih cepat berjalan. Tadi senja sore menyapa, kini berganti menjadi malam yang gelap gulita. Nampak, tak ada satupun bintang yang muncul di langit, melainkan hanya ada suara katak yang membuat alis mengernyit.

Caramel keluar untuk membeli semangkuk soto, perutnya yang dari tadi hanya diisi sarapan pagi, kini meronta-ronta untuk segera diisi lagi. Jalanan di sekitar rumah Caramel nampak sunyi senyap. Biasanya ramai pedagang kaki lima yang berjajar disana namun kini hilang ntah kemana.

Dengan kaki mungil yang tergesa-gesa, Caramel sampai di gerobak soto Mang Dodi. Di sini pun sepi tidak ada siapa-siapa yang membelu kecuali dirinya. Caramel yang penasaran lantas bertanya.

"Mang, kok hari ini sepi yah? hari ini hari apa? hari satu suro kah?" tanya Caramel.

"Loh? neng Mella ga tau? sekarang para pedagang yang di sini pindah ke pameran. Katanya, di sana lumayan pembelinya," jawab Mang Dodi.

Mella, adalah nama panggilan dari orang-orang sekitar rumahnya. Karena menurut mereka, nama Caramel itu susah untuk diucap. Mereka selalu bertanya pada Caramel. Apakah dulu ibunya makan gula Caramel sehingga anak nya di namai seperti itu.

"Pameran di mana Mang? kok aku gatau ya?"

"Itu, di kota pusat. Di sana barang import dijual dengan harga murah. Banyak pameran juga. Neng Mella cobain deh kesana."

"Ngga punya uang manggg. biasalahh, mama belum transfer."

"Ajak pacar Neng Mella atuhh!"

Spontan Caramel tertawa terbahak-bahak. "Aku? punya pacar? mustahil mangg. Mana ada yang mau Deketin,"

Mang Dodi hanya bisa membalasnya dengan senyuman. Soto pun siap dihidangkan. Tapi, Caramel meminta untuk membungkusnya, karena ia akan mengerjakan tugas yang belum selesai. Setelah membayar, ia melenggang pergi.

Sesampainya di rumah, Caramel membuka plastik soto dan memindahkannya ke mangkuk, lalu ia membuka buku serta peralatan yang lainnya. Setelah membaca sedikit, karena Caramel mulai makan hingga tandas.

*****

Di suatu bar...

Gemerlap nya lampu diskotik dengan Kepulan asap rokok ini sering menemani malamnya seorang gadis cantik bernama Jessika. Jessika adalah anak yang sering dibebaskan pergaulannya oleh kedua orang tuanya. Secangkir anggur merah kini berada didepannya. Nampak, ia sedang berbincang-bincang dengan kedua temannya yaitu Rebecca dan Tamara.

"Gue denger, si cupu nabrak si Abim kan ya?" celetuk Tamara.

BRAKK!!

"HAH? EMANG ANJING TU SI CUPU! berani-beraninya dia sama crush gue!" geram Rebecca.

"Tenang, bully aja abis-abisan. Gaakan ada yang nolongin kok. Kan pihak sekolah selalu ada disisi gue," timpal Jessika.

"Cupu sialan. Liat aja besok, gue bikin lo menderita." Rebecca tersenyum penuh dendam.

"Sudahi kesal mu, mari minum anggur bersama ku,"

Rebecca tersenyum kearah Tamara yang tengah menuangkan anggur merah kedalam gelas kecil, lalu mereka bersorak...

"Cheers!"

Ketiga gelas itu beradu, dan mereka pun minum sampai merasa puas.

*****

CARAMEL  (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang