23. bintang

251 91 482
                                    

Bu Narsih kini tengah berbincang di ruang tamu. Tadi, ia
tengah berjalan pulang dari warung yang berada dekat dari rumah Caramel. Ia terdiam karena ada mobil dan motor Scoopy yang berhenti di depan gerbang rumah Caramel. Sera keluar dengan menuntun tubuh Caramel yang lemas. Seketika itu Bu Narsih berlari dan menghampiri Sera untuk membantunya.

Bu Narsih juga menceritakan siapa dirinya pada Sera agar tidak ada kesalahpahaman. Setelah membaringkan Caramel dikasur, Bu Narsih langsung bertanya apa yang terjadi. 

"Sebelumnya ibu nggak tau? Caramel sering sekali dikucilkan dan dirundung oleh orang-orang yang tak berakal dan berotak buntu. Waktu itu saya pernah menolongnya. Namun ibu saya juga kena imbasnya," ucap Lily.

"Ibu nggak tau Caramel sering dirundung seperti ini. Dia nggak pernah cerita apa-apa tentang sekolahnya. Jika ia terluka dan ibu tanya keadaannya, dia pintar mengelak," jawab Bu Narsih.

Sera menatap sorot mata Bu narsih yang sedikit khawatir. Bagaimanapun, Bu Narsih yang sering mengurus Caramel. Walau mereka tidak memiliki ikatan darah, tapi seorang ibu mana yang tidak sakit hati ketika seorang anak tersakiti.

"Ibu, Sera mungkin nggak berhak buat tanya ini. Tapi, ayah Caramel kemana?"

Bu Narsih tersenyum. "Dia? dia laki-laki yang tidak bertanggung jawab atas semua yang diperbuatnya. Dia gila, setelah cerai dengan Puspa ibunya Caramel. Ia langsung membunuh seorang wanita sampai masuk berita,"

"HAH?" semuanya terkaget.

"Rio menikahi Puspa hanya karena kejadian satu malam itu. Rio tidak sengaja meniduri Puspa sampai ia hamil muda dan diluar nikah."

"B-bu? apa dia se brengsek itu?" beo Lily.

"Sampai sekarang polisi tidak menemukan keberadaannya, kata tetangga ibu, dia pintar bersembunyi. Tapi ibu percaya, sepintar-pintarnya ia mengumpat pasti suatu hari akan tertangkap."

Sera, Sheila dan Lily mengangguk antusias. Mereka tak percaya apa yang mereka dengar, seketika pikiran Sera terbayang pada Caramel yang sering menjadi korban perundungan. Hidupnya sudah sengsara dari sejak kecil, kenapa semesta masih menghukum nya? apa dan dosa mana yang ia perbuat.

"Jangan kasih tau Caramel ya, Caramel dari kecil ngga tau apa-apa. Dan ibu juga sengaja biar dia nggak tau apa-apa," ucap Bu Narsih.

"Lahh, kenapa Bu?"

"Ada yang harus ibu jaga."

Semuanya mengerutkan keningnya. Mata mereka menatap punggung bu Narsih yang melenggang pergi kearah dapur.

"Kenapa ibu itu ngasih tau ke kita? tapi ke Caramel ngga?"

"Mungkin, ada beberapa point yang jangan Caramel sampai tau," jawab Sheila.

"Nanti juga kita bakal tau, hidup itu harus kaya air mengalir bro, santaiiii," timpal Sera.

Bu Narsih pergi ke kamar Caramel dengan semangkuk bubur. Itu membuat Sera dan kedua temannya menghampiri Bu Narsih kedalam kamar. Kamar Caramel sangat tertata,  cat cream yang bersih dipadukan dengan barang-barang yang serba pastel itu membuat Sera nyaman menatap kamar Caramel.

"Mel, bangun yu. Minum obat," ucapnya sembari menepuk pelan pipi Caramel.

Matanya perlahan terbuka, yang pertama ia lihat adalah wajah bu Narsih yang tersenyum. Ia terkaget dan melihat sekeliling yang tak asing bagi dirinya. Sampai ia melihat jam dinding berwarna putih.

"Ah di rumah rupanya," batin Caramel.

Ia duduk dengan dibantu Sheila. Setelahnya ia disuapi bubur lagi.

CARAMEL  (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang