20. bukan tentang rasa

286 95 413
                                    

"I feel happy with you," -ky


Caramel masuk kedalam kelasnya dengan langkah yang tertatih membuat seluruh atensi kini tertuju padanya. Ia hanya bisa menunduk dan terus berjalan sampai di tempat duduknya di pojok paling belakang. Sheila nampak mengerutkan keningnya tanda ia bertanya, tapi Sheila juga tak mampu menghampirinya karena Jessika lebih dulu berjalan kearah meja Caramel dengan kedua temannya.

"Cupu kecelakaan? mau ditambahin ngga?!"

Rebecca menarik rambut Caramel sampai ia mendongak.

"Sssh, s-sakit."

"Hah? suara lo kecil amat. Lo bisu?" Tamara ikut mendorong kepala Caramel.

Jessika terkekeh melihat mata Caramel yang sepertinya akan menangis.

"Lemah banget jadi cewe. Sini gue obatin!"

"ASSHHH S-SAKIT!!"

Caramel berteriak kala Jessika menekan lutut yang terluka. Rebecca spontan mendorong kepala Caramel sampai ia terbentur meja. Matanya beralih pada sikut yang terluka dan hendak menekankan luka itu layaknya Jessika. Namun Tamara mencegah.

"Beb, stop. Look at this!"

Tamara berbisik pada Jessika sembari menunjuk kain hitam yang Samudra ikat di tangan Caramel. Jessika mengerutkan alisnya dan mendekat, ia kenal dengan kain itu. Itu kain the Aquila.

"Itu kain The Aquila," lanjut Tamara.

Kali ini Jessika yang menjambak Caramel dengan kuat sehingga Sheila hendak berdiri dan menghampirinya. Namun Sheila mengurung kan niatnya dan mulai mengambil video untuk ia sebarkan dan laporkan pada kepala sekolah. Jika itu didengar, kalau tidak ia akan menghubungi

"A-ampun!"

"Ada hubungan apa lo sama The Aquila?"

Caramel menggeleng. "G-gaada apa-apa,"

"BOHONG! JAWAB ANJING!"

"G-gaada apa-apa Jes. I-itu kain dari rumah."

Rebecca mulai geram melihat Caramel yang mengelak. Ia meraih sikut Caramel yang terluka, menekannya dan menyeret pergi membuat Jessika kebingungan dan memutuskan untuk mengekori Rebecca, begitupun Tamara.

Rebecca berhenti di toilet wanita, ia mendorong Caramel sampai kepalanya sedikit terbentur pada wastafel. Ia menginjak sikut Caramel sampai Caramel berteriak kesakitan.

"KENAPA LO DEKETIN ABIM? LO UDAH BERANI JADI LONTE?"

Rebecca berteriak membuat Caramel terus-menerus menggelengkan kepalanya. Ia tak mendekati Abim, malahan Abim menyiksa fisik dan mentalnya.

"Bohong!" tekan Rebecca.

Jessika membuka pintu mendapati Rebecca dengan raut wajah penuh dendam. Ia melihat Caramel yang duduk dibawah sembari memegangi lengannya yang tadi Rebecca injak.

"Perlu bantuan?" tanya Jessika yang langsung diangguki oleh Rebecca.

Jessika masuk kedalam bilik toilet dan mengambil seember air. Sebelum menyiram Jessika ikut berjongkok dan mendorong kepala Caramel.

"Lo udah berani caper ya ternyata. Apa lo gak malu? lo itu bau, miskin, cupu. Nggak ada cantik-cantiknya."

"JES! DIA CAPER SAMA SAMUDRA!"

Tamara datang dengan dada yang bergemuruh dan mata yang memerah meredam emosi. Ia hendak mendekat kearah Caramel, namun Rebecca menghalanginya.

"K-kak Samudra c-cuma n-nolongin." Caramel berucap dengan lirih.

CARAMEL  (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang