25. akting

339 58 201
                                    

Hari demi hari, detik demi detik gadis cantik itu lewati, dan kini ia beranjak dari tempat tidurnya hendak pergi ke sekolah untuk menimba ilmu lagi. Tubuhnya sudah terasa segar lagi karena tiga hari ia istirahat tanpa ada yang mengganggunya. Rambutnya ia buat kepang dua dengan pita berwarna coklat. Setelah sudah siap, ia membuka pintu dan hendak pergi untuk jalan kaki.

Selama perjalanan, ia tak henti-hentinya disapa oleh tukang ojek maupun pedagang kaki lima yang berdagang pagi hari, ia juga bertemu dengan ibu-ibu yang sempat menolongnya saat ia tertabrak oleh Varo.

Angin berhembus membawa sensasi sejuk pada tubuh Caramel. Rok selutut itu juga ikut berkibar mengikuti arah angin. Saat asik menikmati angin pagi, tiba-tiba ia disapa oleh pria dengan perawakan jangkung dengan helm full face.

"Caramel kan?" tanyanya.

Gadis itu mengangguk dan tersenyum. Ia hendak melambaikan tangannya dan pergi namun tangannya lebih dulu dicekal oleh pria itu.

"Gue Arkhan. Mantan ketua The Aquila gen 5."

Saat mendengar kata The Aquila, ia lagi-lagi berusaha lari dan menghindari pria itu. Namun Arkhan menarik lengan Caramel dan memegangi kedua pundaknya.

"Lo ikut gue. Sekolah ngga aman!"

Caramel menggeleng. "Nggak Ka, maap Caramel ngga ada waktu. LEPASIN!!"

Caramel spontan berteriak dan menghempaskan cekalan Arkhan pada lengannya. Matanya menatap nanar Arkhan. Ia ingin lari namun lagi-lagi tangan Arkhan lebih cepat dari pergerakan Caramel. Seolah-olah Arkhan dapat membaca setiap pola pikir Caramel.

"Dengerin gue, di sekolah ga aman! ada antek-antek Jessika buat nyelakain lo, dan ada satu hal yang akan lukain fisik dan mental lo!"tekan Arkhan.

Caramel terkejut, ia ketakutan sekaligus bingung karena menatao sorot mata Arkhan yang lembut. Caramel terpaku, matanya mengerjap beberapa kali menetralkan rasa yang ia rasakan.

"Ka, tapi aku harus sekolah! aku nggak kenal kaka. Makasih!"

Lagi dan lagi Caramel belum sepenuhnya percaya membuat Arkhan memijat keningnya. Arkhan menurun kan tangannya dari pundak Caramel dan membiarkan Caramel pergi. Namun, sahutan dari kejauhan membuat Caramel menoleh begitupun Arkhan.

"MEL!! AYO IKUT GUE!"

Rupanya itu Samudra dengan lolipop ditangannya. Ia berlari kearah Arkhan dan Caramel yang tak jauh dari sana. Samudra menghampiri Caramel dan menariknya kedalam rangkulannya.

"Bang, udah Samud bilang. Kalo jemput Caramel tuh sama Samud aja. Bang Arkhan ngeyel sih," omel Samudra.

Caramel menatap bingung. "Maap Ka, Caramel harus sekolah."

"Sekolah kan libur? kamu ngga cek grup? guru-guru mau survei buat study tour."

Caramel terbelalak, ia baru ingat bahwa dirinya belum mengirim surat pada sang ibu. Ia akan berangkat study tour dalam jarak waktu 1 bulan. Ia merogoh tasnya dan membuka handphone. Dan benar saja, banyak notif dari grup dan juga dari Lily yang mengajaknya untuk membeli bunga.

"Ikut gue ke rumah aja ya? bilangin ke Lily, gue lagi sama Kak Samud," ucap Samudra.

Caramel mengangguk. Tangannya ditarik oleh Samudra menghampiri motor Scoopy hitam nya. Arkhan terkekeh dan mengikuti mereka dari belakang.

Dalam perjalanan Caramel mengemut lolipop yang Samudra berikan. Ia melontar beberapa pertanyaan yang samar-samar didengar oleh Samudra. Caramel bertanya siapa Arkhan namun disauti dengan kata 'hah' saja.

"Deket lagi sampe," ucap Samudra.

"Iya, tapi Caramel kayanya harus beli buah tangan buat Mama Kaka," jawab Caramel.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CARAMEL  (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang