Berkah Sang Malaikat (Part 1)
Arme: Uwaa! Ada kelinci! Kelinci!
Arme: Baru pertama kali aku melihat yang asli... Ternyata lebih bulat daripada yang aku bayangkan. Putih... dan bulat...
Libel: ...
Arme: Bolehkah aku menyentuhnya?
Libel: ...Lebih baik tidak. Takutnya kau akan sakit setelah menyentuh hewan liar.
Cura: Haha, anak ini benar-benar gak tahu apa-apa, ya? Tidakkah itu terlihat imut?
Fuga: ...Aku tidak menyukainya sama sekali. Dia berbuat seenaknya saja tanpa memedulikan keberadaan kita.
Cura: Maa, tidak apa-apa 'kan? Beberapa hari lagi kita sampai ke markas, kok. Begini lebih baik daripada diam-diaman.
Cura: Dan kita 'kan sedang menculiknya. Jadi, kalau misalnya dia ceria, kita jadi tidak perlu merasa terlalu bersalah, kan?
Fuga: Apa yang sedang kau bicarakan? Memangnya kita perlu merasa bersalah? Yang paling bersalah kan Ark karena selalu menekan pada kita.
Cura: ...
Fuga: Dia meremehkan kita tanpa mengetahui perjuangan kita, sangat menyebalkan sekali. Setidaknya, kita perlu memastikan jika ia tahu sedang berada di situasi seperti apa...
Cura: ...Yaa, bukan berarti aku tidak mengerti maksudmu.
Cura: Benar juga... Mungkin lebih baik kalau kita menjelaskan hal ini padanya.
Cura: Naa, Libel, Tuan Muda*. Sini deh bentar.
Libel: ...?
[*aku ketik tuan muda karena Cura pas manggil arem arem – arme itu botchan yang artinya tuan muda]
~~~~~~
Cura: Begitulah perbedaan yang meresahkan antara Ark dan Daratan. Kami tidak memiliki sumber daya yang cukup dan bertarung satu dengan yang lain. Sedangkan orang-orang di Ark hidup dalam kedamaian dan ketentraman.
Cura: Meski Ark itu hidup makmur, mereka akan berpura-pura tidak menyadari keadaan Daratan yang sedang berada di ambang kehancuran. Maa, mereka memang tidak peduli, sih.
Cura: Tapi, kami sudah lama ingin menghubungi Ark. Kami sudah sering membuat permintaan negosiasi untuk memberi bantuan kepada Daratan tapi mereka tetap saja mengabaikan kita.
Arme: Uhmm... Uhmm...
Cura: Etto na, jadi... Gimana, ya... Memang berat, tapi...
Libel: Jadi, itulah alasan kami menculikmu. Kalau seseorang sepenting dirimu dijadikan tawanan, kami yakin bahwa mereka akan mendengar permintaan kami.
Arme: Ahh!
Arme: Aku mengerti! Kalian pandai!
Cura: ...Kok rasanya gimana gitu, ya?
Arme: Umm... Jadi, begitu, ya. Maafkan aku, aku benar-benar tidak tahu bahwa Daratan harus berhadapan dengan sesuatu yang seperti itu...
Cura: Kalau tidak salah, tadi kau bilang kau selalu terkurung di dalam kamar, 'kan?
Arme: Iya. Karena aku adalah Sang Tenshi. Selama aku hidup, aku selalu diingatkan bahwa aku adalah simbol gereja, kemanusiaan dan harapan.
Arme: Aku selalu dipersiapkan untuk itu demi kemunculanku setiap 4 tahun sekali. Mata mereka akan berbinar-binar ketika melihatku pada saat itu.
Arme: Kesendirian itu adalah hidupku...
Fuga: ...Bukannya kau akan terasa bosan jika begitu? Kecuali satu hari ini yang tidak pernah berubah.
Arme: Haha. Daripada itu, kalau tidak ada saat-saat dimana kau merasa bosan, bisakah kau menyebut hal tersebut dengan kejenuhan?
Arme: Maa, aku baca buku, sih. Dan bukan berarti aku tidak punya lawan bicara. Hanya saja, yaah hidupku begitu.
Fuga: Hmm...
Libel: Arme...
Berkah Sang Malaikat (Part 2)
Arme: Tapi, begitu, ya... Keadaan daratan terlihat indah yang sedang menuju kehancuran...
Fuga: SUDAH KUBILANG! Dimana sisi indahnya?! Semuanya telah hancur!
Arme: ...!
Arme: K-Kalau itu membuatmu marah, aku minta maaf... Tapi... Itulah yang kurasakan sebenarnya.
Arme: Tanah, tumbuh-tumbuhan dan hewan yang berjuang untuk bertahan hidup itu terlihat indah di mataku.
Fuga: ...Apa-apaan...
Libel: Aku sependapat denganmu.
Arme: Tentu saja, karena kalian kepikiran untuk menculikku agar kalian dapat bertahan hidup, kalian pun indah!
Fuga: Apa kau sadar dengan apa yang kau katakan?
Cura: Haha... Benar-benar anak yang aneh, serius deh.
Arme: Sudah kuputuskan... Aku akan bertanya pada mereka juga. Apakah ada yang dapat mereka lakukan untuk kebaikan Daratan...
Cura: ...Seriusan?
Arme: Serius! Aku akan bertanya langsung pada Eternea sama. Meski aku tidak tahu apakah ini cukup membantu atau tidak...
Libel: Eternea... Petinggi di Gereja Nerve, kah?
Arme: Benar. Eternea-sama baik banget, loh!
Cura: Itu membantu banget! Tampaknya, tingkat kesulitan negosiasinya telah menurun secara drastis.
Arme: Benarkah? Kalau begitu, syukurlah...
Cura: Kita harus kembali ke markas segera agar dapat mengkontak Nerve. Tapi, sekarang aku sudah jauh merasa lebih lega.
Libel: Terima kasih, Arme.
Arme: I-Iya! Tidak masalah! Libel!
Fuga: Maa, kalau hal tersebut membantu, aku takkan mempermasalahkannya.
Arme: Ah, benar juga... Ada sesuatu yang menggangguku daritadi.
Cura: Apa, nak?
Arme: Umm... Mungkin seharusnya aku tidak bertanya ini pada kalian, tapi...
Arme: ...Kenapa Ark memiliki sumber daya? Di Daratan tidak ada, tapi ada banyak di atas...
Libel: ...?
Fuga: Haa? Apa yang kau bicarakan?
Arme: Kenapa orang-orang Ark tidak mengenal kelaparan? Aku makan terlalu banyak tiap hari.
Arme: Kalau Daratan menderita kelaparan, kenapa ada makanan yang cukup di atas? Padahal di atas tidak ada tanah ataupun sungai...
Fuga: Kenapa kau menanyakan hal itu?
Arme: ...He? Apa maksudmu?
Fuga: ...Apa maksudmu "Apa maksudku"?
Cura: Bukankah... Karena berkah Sang Malaikat?
Arme: Apa...?
Cura: Ark yang melayang di langit! Yang berkilauan dengan lampu-lampu meski pada malam tanpa bintang...! Orang-orang yang memiliki makanan lebih dari cukup...!
Cura: Bukankah berkat itu berasal dari berkah yang diberikan Sang Malaikat pada Ark?!
Libel: Itulah yang dikatakan orang-orang di sini mengenai dunia atas...
Arme: berkah...
Arme: Apa... itu... Aku tidak tahu apa-apa... tentang itu...
Bersambung...