Bab 19. Merenung

853 141 15
                                    

Anime : Naruto
Rate : M
Genre : Drama, Romance, Hurt
Lenght : Chaptered

Disclaimer : This story is belong to me and Naruto always belongs to M. Kishimoto.
Warning : Familiar story, Absurd, OOC, Typos and Genderswitch.
Pic's source : Pinterest
.
.

Selamat Membaca

.
.


Neji melaju membelah jalanan ibu kota di siang hari yang cukup padat. Arah yang dilaluinya bukanlah arah menuju kantor, melainkan arah jalan pulang ke Tokyo. Perdebatannya dengan Naruto barusan membuatnya merindukan sang anak yang sudah beberapa bulan ini belum ia kunjungi. Sebagai seorang ayah, ia merasa gagal. Hanya limpahan materi yang ia berikan selama ini, tanpa adanya kasih sayang yang sebenarnya paling dibutuhkan sang anak. Berinteraksi dengan putranya pun tergolong minim. Tak pernah sekalipun ia menemani putranya itu belajar, apalagi bermain. Sungguh... ia telah menjadi ayah yang tak bertanggung jawab. Walaupun anak itu hadir karena sebuah kesalahan, tapi dia tetap mempunyai hak untuk mendapatkan kasih sayang dan perlindungan dari orang tuanya.

"Eiji, maafkan ayah." Neji mempercepat laju kendaraannya. Saat ini yang ia inginkan adalah memeluk putranya dengan erat.

✨✨✨

Sasuke menatap tajam pada tamu yang sudah memasuki ruangan kantornya dengan lancang. Ia tak habis pikir apa yang dilakukan wanita itu di kantornya.

"Hi, sayang. Aku membawakanmu makan siang. Ayo kita makan bersama, kebetulan aku juga belum makan." Hinata, dengan tidak tahu malunya langsung mengambil tempat di sofa dan membuka makanan yang dibawanya. Makanan yang dibeli dari sebuah restoran ternama dan sudah terjamin akan kualitas rasanya.

Sasuke menatap ganjil pada wanita yang masih berani menunjukkan batang hidungnya itu. Apa urat malunya sudah putus sampai-sampai dengan entengnya masih memanggil sayang setelah apa yang dilakukannya beberapa hari yang lalu.

"Sayang, ayo makan! Nanti makanannya keburu dingin!" Hinata mengulangi ajakannya.

Sasuke duduk bersedekap di bangkunya, ia sama sekali tidak menghiraukan ajakan dari Hinata. Lebih tepatnya, ia tidak berminat. Saking masa bodohnya, ia justru memilih untuk membaca berkas-berkas di mejanya.

"Sasuke!" Hinata yang merasa terabaikan langsung menghampiri Sasuke dengan langkah menghentak.

"Sasuke! Dengarkan aku kalau aku lagi bicara!" pintanya memaksa.

Sasuke menulikan telinga, segala protesan yang meluncur dari mulut Hinata hanya ia anggap sebagai angin lalu.

"Sasuke!" Hinata yang kesal langsung merebut dokumen yang sedang dibaca Sasuke hingga kertas penting itu robek menjadi dua bagian.

BRAKK

Sasuke menggebrak meja. Emosinya naik saat melihat tingkah menyebalkan Hinata. "Apa lagi maumu, hah?" Matanya menyorot tajam, seakan menghunus sepasang amethys yang terlihat tidak gentar.

"Kenapa kau mengacuhkanku? Bukankah aku ini kekasihmu? Kenapa kau perlakukan aku seperti ini? Bukankah kita saling mencintai?" protes Hinata.

"Hahahaha..." Sasuke tertawa sumbang. "Kau amnesia? Haruskah ku benturkan kepalamu ke dinding itu agar kau bisa mengingat kembali akan apa yang telah kau lakukan padaku!" Teriak Sasuke di depan wajah Hinata.

Langkah Hinata tersurut. Ia tahu salah, makanya ia datang kemari ingin meminta maaf.
"Sasuke, maafkan aku. Aku tahu aku salah, saat itu aku terlalu bernafsu untuk melakukan s*ks, karena selama bersamamu, aku tidak pernah mendapatkannya. Aku juga ingin melakukan itu dengan pria yang aku cintai. Namun, walaupun begitu, aku tetap tidak ingin berpisah denganmu, aku mencintaimu." Hinata menggapai lengan Sasuke, tapi dengan cepat langsung ditepiskan oleh pria itu.

Sugar BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang