Ini cerita buat kaum pelangi.
Sudah jelas dari cast di awal.
Maaf kalau tidak nyaman.
Jangan lupa tinggalkan vote dan komen.--
Vano hanya mengangguk, kemudian memperhatikan foto yang diunggah oleh Abi. Sejak kapan ia tersenyum seperti ini? batinnya kemudian meletakan ponsel di meja.
"Lo gak marah?" tanya Abi duduk di sebelahnya. Vano menggeleng, untuk apa ia marah. Abi bernapas lega, ia kira Vano akan marah karena menganggapnya tidak sopan.
"Harusnya lo harus sering senyum kayak di foto. Biar gak kaku," ujar Abi menatap lekat orang yang ada di sebelahnya.
Vano menoleh, tersenyum? sudah lama ia tidak melakukan hal itu. Entah terakhir kapan ia tersenyum selepas itu. Mungkin karena beban yang ia tanggung selama ini membuatnya jarang tersenyum.
"Semoga saja," ucap Vano pelan, tetapi masih bisa di dengar oleh Abi. Abi mengangguk, pasti berat dengan hidup bisa melihat hal-hal yang tidak ingin dilihat.
"Pasti berat dengan hidup seperti itu. Pura-pura tidak melihat atau mendengar mereka. Tapi gue kagum, lo kuat menghadapainya selama bertaun-taun."
"Ya mau gimana lagi. Awalnya gue juga gak bisa terima ini, tapi ya sudahlah. Terima takdir Tuhan saja."
Abi tersenyum. Lebih baik ia tidur, tidak sabar untuk acara besok.
.
.
.
.Sesuai janji sepulang sekolah, mereka berdua mengunjungi bazar dekat sekolah. "Rame banget," gumam Abi menatap sekeliling.
"Namanya juga bazar, masa sepi," ujar Vano dengan nada dingin. Abi mencebik, kan ia cuma berkomentar. Salah terus kalau sudah berbicara dengan Vano.
Mata abi berbinar ketika melihat beberapa aksesoris yang terkesan lucu. Ia mengambil bando yang telinga berbentuk kucing dan memakainya.
"Gimana? Bagus gak?" ucap Abi pada Vano. Vano terdiam sambil matanya menatap ke arah Abi yang sibuk bercermin.
Abi terlihat sangat menggemaskan menurut Vano saat ini. Apalagi saat memakai bando telinga kucing. Seperti anak kucing yang sangat menggemaskan.
"Lucu," ujar Vano membuat pipi Abi seketika merona. Abi melihat ada benda seperti ekor kucing, "Ini buat apa?" tanya Abi pada Vano.
Vano yang melihat itu langsung terbayang ketika Abi memakai telinga kucing beserta ekor dan bertingkah menggemaskan. Ia berdehem pelan, menutup hidungnya dengan punggung tangan. Pipinya sedikit memerah.
"Kok diem? Gue kan nanya, bagus. Apa perlu gue membelinya?" ucap Abi melihat-lihat barang tersebut.
"Gak usah, taro aja. Kita ke stan yang lain," ujar Vano menarik tangan Abi pergi. Abi mengerucutkan bibirnya, padahal benda tadi itu sangat lucu.
Abi seharian ini tersenyum lebar, mulai dari membeli arum manis, berfoto dengan salah satu maskot boneka di sana, dan tanpa sadar sedari tadi terus menggandeng tangan Vano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of You || Harukyu ✓
Fanfiction[END] Abian Sakra terpaksa harus pindah sekolah khusus laki-laki karena suatu alasan. Bahkan harus tinggal di asrama karena ayahnya sudah tidak mau lagi melihat dirinya. Awalnya Abi pikir akan baik-baik saja, tetapi teman sebangkunya Devano Karendra...