Titik Terang

586 109 5
                                    

Long time no see guys
Masih penasaran gak sih kalian sama ending cerita ini?
Mungkin udah ketebak deh
Jangan lupa mampir ke cerita aku yang lain oke!
Happy reading!

--

Pria berpakaian serba hitam itu berdiri tepat di loker milik Abi. Di dalam sana, ia melihat sepasang sepatu olahraga. Setelah itu, ia bergegas pergi sebelum ada yang melihatnya.

Hari berikutnya, Abi dan Vano tidak berangkat bersama. "Tumben lo gak bareng sama Vano? Tunggu bentar." Dobby meneliti wajah Abi, kemudian memberikan tatapan menggoda.

"Bibir lo bengkak? Hayo abis ngapain?!"

Abi gelagapan, "Apaan?! Digigit semut doang." Dobby tertawa, ia tau itu bukan gigitan semut atau serangga lainnya. "Iya deh anggep aja digigit semut."

Rehan langsung merangkul Dobby, menjauhkan dari Abi yang wajahnya sudah merah padam. Sampai pembelajaran terakhir, Vano tidak menampakkan batang hidungnya.

Abi menggigit kuku jarinya, ia cemas. Vano sama sekali tidak ada kabar. Padahal tadi pagi, ia masih melihat Vano sedang bersiap-siap ke sekolah. Namun, laki-laki tidak terlihat.

"Lo nyariin Vano?" tanya Rehan duduk di sebelahnya. "Tadi pagi gue liat dia siap-siap ke sekolah. Tapi kenapa dia malah gak dateng?"

"Gue juga gak tau pasti. Mungkin dia ada urusan."

"Lo tau gak tempat yang biasa didatengin sama Vano?"

Rehan terdiam sejenak, ia tidak yakin karena dirinya juga tidak terlalu dekat dengan anak itu. "Mungkin ke rumahnya?"

Setelah mendapatkan jawaban, Abi bergegas pergi keluar kelas. Bahkan ia tak sengaja menabrak Dobby.

"Abi mau kemana? Bolos? Masih ada jam loh," ujar Dobby pada Rehan.

"Nyari Vano. Gatau kemana. Biarin aja."
.
.
.
.

Di tempat yang kotor dan berdebu, seorang laki-laki memeluk lututnya. Kepalanya terasa semakin pusing. Napas Abi terengah-engah, ia baru saja sampai di rumah milik Vano.

"Serem juga rumahnya," gumam Abi perlahan masuk ke dalam rumah itu untuk mencari Vano. Banyak sekali debunya.

Ketika ia melihat ada pintu yang terbuka, segera masuk untuk mengecek apakah ada Vano di sana atau tidak. Hatinya teriris ketika melihat Vano duduk di pojok ruangan sambil memeluk lututnya.

"Vano, ini gue Abi," ujar Abi pelan-pelan mendekati Vano. Vano mengangkat kepalanya, dirinya benar-benar kacau.

"Kenapa lo bisa di sini?" Abi langsung membawa Vano ke pelukannya. "Pusing, suara itu terus berdengung di telinga gue."

Dengan perlahan, Abi membawa Vano ke tempat yang lebih terang. Sungguh, di dalam sana ia merinding.

"Coba liat gue. Suara apa maksud lo?" Dengan lembut Abi mengusap pipi Vano agar laki-laki itu sedikit tenang.

"Suara Siho." Abi menghela napas, nama itu sudah mati saja masih membuat onar. Menyebalkan.

"Gue bakal bantu buat musnahin Siho. Gue bakal jadi tameng buat lo." Sontak Vano menggeleng, ia tidak mau membahayakan siapapun terutama Abi.

"Gue bisa sendiri. Lo cukup ada di samping gue."

Astaga, kenapa Vano sangat keras kepala. Ingin sekali rasanya Abi memukul wajah tampannya itu. Abi merapikan rambut Vano yang sedikit berantakan.

"Trus kenapa lo bisa sampe ke sini? Bolos seharian. Bikin khawatir aja."

"Gue ke sini mau ambil sesuatu. Tapi gatau kenapa tiba-tiba suara itu muncul. Seperti ada yang sengaja buat gue hampir kesurupan." Dan gue yakin itu orang suruhan bokap lo, Bi, lanjut Vano dalam hati.

Because of You || Harukyu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang