Fakta

604 127 3
                                    

--

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

--

Abi dari pagi merasakan atmosfer yang berbeda dari biasanya. Dobby lebih pendiam dari biasanya dan Rehan yang diam-diam memperhatikan Dobby. Abi menyenggol lengan Vano, "Mereka pada kenapa?"

Vano mengangkat bahunya tidak tahu. Abi menggembungkan pipinya, rasanya tidak enak sekali berada di situasi seperti ini.

"Gak enak banget suasanya," gumamnya menaruh kepala di meja menghadap Vano dengan mata terpejam.

Sedangkan Vano, ia sedang memikirkan cara untuk menyelidiki ayah Abi. Ia penasaran dengan ucapan ibu Abi tentang ayahnya itu. "Hujan," ucap Vano pelan menatap ke luar jendela.

"Maaf," ujar Rehan pada teman sebangkunya itu. Dobby melirik sekilas kembali memainkan ponselnya. Rehan menghela napas, rasanya aneh dengan suasana ini.

"Gue harus ngelakuin apa biar dimaafin?"

"Lo gak perlu ngelakuin apa pun. Cukup diam."

"Gue bener-bener minta maaf."

Dobby hanya diam, tak berniat untuk menjawab. Vano menyampirkan jaket miliknya pada Abi. Vano beranjak dari tempat duduknya keluar kelas.

"Permisi, Saem." Vano membungkukkan badannya sedikit. Saat ini ia sedang berada di ruang guru. "Ada perlu apa?" tanya Han pada muridnya itu.

"Saya perlu alamat rumah milik Abian Sakra, Saem."

"Untuk apa?"

"Ada suatu hal yang perlu saya lakukan. Maaf tidak bisa memberi tahu."

"Baiklah, tetapi jangan di salah gunakan, oke."

Han menulis alamat rumah Abi di sticky notes, kemudian memberikannya pada Vano. Vano mengucapkan terima kasih, kembali ke kelas. Di sepanjang koridor, Vano bisa merasakan udara dingin akibat hujan.

Vano membuka lokernya untuk mengambil buku paket. Ia melirik loker Abi dan mengingat kejadian waktu itu. Dengan langkah pelan, ia mendekati loker tersebut.

Vano membuka loker tersebut, kosong, tetapi ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Ia mengambil benda seperti gantungan kunci. "Gue pernah liat, tapi dimana," gumamnya mengantongi benda tersebut.
.
.
.
.

Hari berikutnya.

Vano saat ini sedang berada di depan gerbang rumah Abi. "Berasa kaya pencuri gue. Gak mungkin gue langsung masuk ke sana." Akhirnya, Vano memutuskan untuk menunggu di minimarket dekat rumah tersebut.

Ia menunggu salah satu orang yang keluar dari rumah Abi dan membuntutinya nanti. Sambil menunggu, ia memakan ramen untuk menghangatkan badannya.

Hampir satu jam menunggu, akhirnya ayah Abi keluar rumah. "Target terkunci." Dengan langkah pelan, Vano mengikuti kemana orang itu pergi. Untung saja ayah Abi itu jalan kaki.

Orang yang Vano ikuti masuk ke dalam rumah seseorang. Vano menatap plang yang berada di atas. "Dukun, untuk apa bokapnya Abi ke sini?" gumam Vano merasa bingung.

Because of You || Harukyu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang